LOLOAN KAMPUNG MUSLIM JEMBRANA BALI
Membaca buku pesona kearifan lokal membawa kita seperti menjelajah sebagaian wilayah Indonesia
Selanjutnya kota kedua yaitu Yogyakarta, saya berada di kota pelajar ini
sekitar lima tahun untuk menempuh pendidikan jenjang S1, tempat ketiga adalah kota
Denpasar, saya berada di sini sekitar tiga tahun, keempat Kabupaten Serang
Provinsi Banten tepatnya di Kecamatan Cinangka, saya berada disana
sekitar satu tahun dua bulan dan posisi terakhir di Provinsi Jambi
tepatnya Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi, sedangkan tempat lain hanya sekedar
kunjungan pendidikan dan pelatihan (Diklat) ataupun sekedar kunjungan wisata yang hanya
hitungan hari.
Masing-masing kota memiliki ragam, budaya yang khas dan unik
begitu pula dengan Kabupaten Jembrana. Penduduk mayoritas beragama Hindu ini berbeda
dengan kabupaten lain yang ada di Provinsi Bali. Pertama saya datang di
Provinsi Bali adalah di kota Denpasar saat itu saya cukup kesulitan untuk
menemukan masjid atau mushola. Karena baru berada di kota
tersebut saya belum tahu letak masjid di sana. Setiap hari saya jarang sekali
mendengarkan suara adzan. Terkadang suara
adzan terdengar samar-samar dan terdengar jelas
saat subuh.
Berbeda halnya ketika saya berada di Kabupaten Jembrana, memasuki
wilayah perbatasan antara Kabupaten Tabanan dengan Jembrana Kecamatan
Pekutatan Desa Pulukan kita sudah bisa menemukan masjid di sekitar area
tersebut. Setiap kecamatan kita bisa menemukan masjid di kabupaten
ini. Apalagi di Kecamatan Negara yang merupakan ibu kota
Kabupaten Jembrana tepatnya di Kelurahan Loloan Timur, ketika waktu sholat
tiba, kumandang adzan saling sahut menyahut dari satu masjid ke masjid lain.
Awalnya saya terheran mendengar kumandang adzan disini tidak
hanya dari satu masjid tapi dari beberapa masjid terdengar sangat jelas
ternyata lingkungan ini disebut dengan Kampung Loloan
yaitu Kampung Muslim di Jembrana-Bali.
Kelurahan Loloan terbagi menjadi dua yaitu Loloan Timur dan Loloan
Barat. Bagi pendatang baru yang beragama Islam jika berada dilingkungan ini,
tidak akan menyangka jika kita berada di pulau dewata. Kegiatan
keagamaan seperti sholat, tilawah qur,an kegiatan hari besar agama, pengajian,
terlaksana seperti di kota-kota lain yang mayoritas beragama Islam. Belum lagi
ketika bulan Ramadhan tiba, menu ta’jil untuk berbuka puasa sepanjang jalan
Kecamatan Loloan Timur dan Loloan Barat berjejer aneka kuliner khas Loloan.
Salah satu kuliner yang terkenal disini yaitu ayam betutu. Ayam betutu
merupakan masakan khas masyarakat Jembrana. Ayam betutu yang popular di Jembrana
yaitu ayam betutu Gilimanuk, bagi wisatawan yang baru datang ke Bali melalui
jalur darat akan tiba di pelabuhan penyebrangan Ketapang-Gilimanuk. Biasanya
wisatawan yang ingin menyicipi ayam betutu akan mampir di rumah makan ayam
betutu yang berada sekitar dua kilometer dari pelabuhan.
Selain ayam betutu, masakan khas lainnya yaitu plecing. Plecing
adalah ayam suwir atau daging suwir yang diberi bumbu sepeti cabe, bawang
merah, bawang putih dll. Memiliki rasa yang khas apalagi plecing ayam kampung
yang dibakar memiliki aroma dan rasa yang sangat lezat. Selain makanan berat
terdapat juga aneka jajanan khas Loloan seperti : kue lapis, kue cucur, serabi,
onde-onde dan aneka jajan tradisional khas kampung Loloan. Setiap
hari kita bisa menikmati aneka jajan khas di kampung Loloan ini tidak hanya
dibulan Ramadhan. Kampung Loloan ini pernah diliput oleh beberapa
media elektronik salah satunya NET TV beberapa tahun lalu.
Selain kuliner di Kampung Loloan ini juga terdapat
makam para wali yang disebut dengan wali pitu (wali
tujuh) yaitu makam Habib Ali Bafaqih yang berada di
Loloan Barat setiap hari ramai sekali bus-bus dari luar daerah yang berkunjung
ke makam Habib Ali Bafaqih untuk wisata religi di
kampung ini selain makam Habib Ali Bafaqih juga ada makam Buyut Lebay yang
merupakan tokoh penyebar Islam di Kampung Loloan.
Tidak sampai disitu bagi Anda yang baru berkunjung di kampung ini
akan sangat surprise mendengar bahasa sehari-hari masyarakat Loloan. Bahasa
yang digunakan adalah campuran atara bahasa Melayu, Bali dan Bugis. Hal ini
disebabkan kedatangan orang Melayu di Bali tercatat pada tahun 1669 ketika empat ulama dan pengikutnya tiba di Jembrana untuk menyebarkan
ajaran Islam di Bali.
Misi tersebut
diizinkan oleh Raja Jembrana I Gusti Arya Pancoran. Keempat ulama
tersebut ialah Dawan Sirajuddin dari Sarawak, Kekaisaran Brunei, Syeikh Basir dari Yaman, Kesultanan Ustmaniyah Mohammad Yasin dari Makasar dan Syihabbudin juga dari
Makassar.
Sehingga jangan heran jika
bertemu dengan masyarakat Loloan kita akan mendengarkan percampuran bahasa
tersebut tapi bahasa yang paling melekat adalah bahasa Melayu. Perbedaan bahasa
Melayu di Kampung Loloan dengan bahasa melayu Riau terletak dari logat. Bahasa
Melayu Kampung Loloan hampir sebagian kata menggunakan akhiran an dalam
pengucapannya contoh : kire-an, agak-an, berape-an. Selain bahasa hal yang
menarik lainnya adalah ketika perayaan Maulid Nabi SAW.
Perayaan ini
hampir dilaksanakan di seluruh Masjid, Mushala bahkan di pengajian-pengajian.
Perayaan Maulid Nabi SAW di kampung Loloan berlangsung sangat meriah dengan
tradisi ‘ngarak male’ (dibaca malai) yaitu telur rebus yang dihias dan dibentuk
untaian menjulang dalam berbagai bentuk seperti masjid, kapal,
pohon, bunga dan lain sebagainya sesuai kreasi masing-masing. Biasanya yang
membuat telur male ini adalah masyarakat yang memiliki anak bayi dibawah umur
satu tahun yang akan mengikuti tradisi cukur rambut diadakan secara masal di
masjid, mushalla ataupun dipengajian sebagai simbol berakhirnya masa bayi.
Sebelum male di bawa ke masjid masyarakat mengadakan ritual ngarak male.
Setiap
tahun yang mengikuti cukur rambut ini cukup banyak sekitar
10 hingga 15 anak permasjid. Saat acara cukur masing-masing orang
tua (ayah si bayi) menggendong bayinya dengan didampingi satu
orang yang membawa talam berisi alat cukur ,
kelapa gading, beras kuning, uang dan alat riasan. Saat acara cukur
rambut dilaksanakan semua jamaah berdiri sambil shalawatan. Selesai dicukur
anak dibawa pulang kerumah masing-masing untuk dimandikan dengan air kelapa
gading, kemudian anak dirias.
Banyak sekali kearifan lokal yang ada di Kampung Loloan ini. Untuk
menjaga tradisi agar tidak tergerus zaman kampung Loloan mengadakan pameran Loloan
Tempo Doloe atau dikenal oleh masyarakat (Loloan Jaman Lame) Acara ini
berlangsung pada bulan September. Dalam pameran “Loloan Tempo Doloe” menampilkan susasana
Loloan saat belum ada listrik, pengantin Loloan jaman dulu, burdah, stand dapur jaman dulu yang masih menggunakan tungku, kayu bakar
serta memperagakan cara menggunakan alat masakan tradisional, makan sirih,
pencak silat dan pameran foto Loloan tempo dulu.
Acara ini bertujuan agar
tradisi ini tidak punah,
sehingga masyarakat Jembarana dan terkhusus anak-anak
muda masih mengetahui kerarifan lokal budaya masyarakat kampung Loloan tempo dulu.
Itulah kearifan lokal yang ada di Kampung Loloan Jembrana-Bali, walaupun hidup dilingkungan mayoritas Hindu sebagai pendatang
saya merasa kagum sekali dengan kerukunan hidup beragama. Akhir- akhir ini kita sering terusik dengan toleransi umat
beragama akan tetapi di Pulau Bali khususnya di kab Jembrana masih terjaga
dengan baik. Meski berbeda keyakinan kaum Muslim dengan Hindu bersaudara,
bahkan, bahu-membahu berjuang melawan penjajah dizaman dahulu dan
alhamdulillah kerukunan dan persaudaraan ini masih terpelihara dengan baik
sampai dengan hari ini.
8 Komentar
Sip '
BalasHapusTq ya nir mo mampir 💙
HapusMantap bu
BalasHapusAda Kecamatan Negara ya...Jangan2 di sana mayoritas penduduknya adalah orang nagara. Maksud saya org yg berasal dari daerah saya ini (daerah nagara). He...he..he
Bisa jadi bu Hj ya
HapusBALI
BalasHapusSaya baru bisa bercerita berdasarkan katanya... heheheh
karena saya belum pernah mampir kesana..
Saya baru bisa mampir ke blog ini yang penulisnya menetap di Bali.
Semoga bisa main ke Bali pak ya
HapusAih, jadi pengen ke Loloan lagi. Dulu sempat mampir tahun 2010. Setelah itu setiap ke Bali gak pernah ke sana.
BalasHapusWah ternyata sudah ke sini ya, 2010 sy udah di Loloan
Hapus