Menulis Apa Adanya dan Menulis Apa Saja


Pemateri kali ini adalah seorang Guru SMP Labschool Kebayoran, Penulis, dan Motivator, Drs Ukim Komarudin, M.Pd, berawal dari hobi menulis apa saja yang beliau rasakan  sebagai catatan harian hingga bisa menerbitkan buku di penerbit mayor.
Menurut Drs. Ukim menulis merupakan ekspresi pribadinya dengan menulis beliau mendaapatkan tempat untuk mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. Drs. Ukim tidak pernah peduli dengan ragam atau apa yang menjadi tren di masyarakat, beliau hanya ingin menulis lebih tentang “saya” , menulis dengan jujur –sejujurnya, apa adanya dan menulis apa saja. Karena profesinya  seorang guru , beliau menulis terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian ,setiap saat diisi menulis hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan beliau mulai dilirik oleh orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman gurunya. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan nya bagus. Istilah mereka, tulisan emotif. Kata mereka juga, tulisannya dapat membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa tuisan beliau sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggal tulisannya dapat dijadikan ceramah atau kultum, dsb.
Dari komentar tersebutlah beliau mencoba membukukan tulisan-tulisannya yang selama ini merekam semua kejadian karena beliau memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya, yang beliau tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh itu terciptalah judul buku "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi nya, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).


Suatu kebetulan beliau menjadi penanggung Jawab penerbitan buku di sekolahnya beliau  sisipkan  karya pribadinya, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran. Dari situlah beliau  diinterview terkait dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku pribadinya, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview itulah beliau banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku. Banyak pelajaran yang didapatkan olehnya dari interview dengan pihak penerbit, hal itu membuatnya tidak nyaman , menabrak prinsip menulisnya.
Pertanyaan-pertanya seperti "Apakah ketika  beliau menulis buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah ada,  apakah bukunya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik untuk membeli bukunya, atau untuk kepentingan pasar, "Apakah beliau bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst. Terus terang, beliau kurang nyaman dengan interview itu,  diam-diam beliau merasa mulai "dipenjara". Belaiu menganggap jika tulisan itu adalah ekpresi dirinya, orang lain tidak berhak mengatur, hal itu sangat menyebalkan.
            Selang beberapa lama setelah kejadian itu beliau bertemu dengan teman yang sudah menjadi penulis “benaran”, beliau menceritakan permasalah yang dirasakan, hebatnya temannya merespon pengalaman tersebut seharusnya beliau bersyukur, dan akhirnya sang teman menjelaskan tentang proses menulis itu harus melibatkan tim agar tulisan yang kita buat sampai kepada pembaca, jika tidak berarti kita egois karena tulisan yang kita buat hanya untuk diri sendiri bukan untuk orang lain. Sang teman menjelaskan bahwa yang menanyai beliau itu mungkin editor. sebab, beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya.
            Sejak pertemuan dengan teman penulisnyalah Drs Ukim menindaklanjuti pertemuannya dengan editor dan akhirnya bisa dicetak. Sangking gembiranya beliau langsung menandatangani kontrak tanpa membaca persentase yang kelak beliau terima , beliau menganggap hal itu bukan semboro karena beliau menulis bukan untuk uang. Sejak saat itu beliau diajak untuk melaounching bukunya, bagaimana caranya agar buku beliau laku dipasaran dan lagi-lagi pada saat itu beliau belum bisa memberi masukan apa-apa. Akan tetapi sejak saat itu buku kedua, ketiga, kempat dan seterusnya mulai diterbitkan.
Begitulah pengalaman pertama beliau menerbitkan buku, hingga sekarang puluhan buku , atau ratusan tulisan beliau bisa kita nikmati sebagai pembaca. Salah satunya disitus https://www.kompasiana.com/ukimkomarudin. Kita bisa melihat bagaimana tulisan beliau begitu ringan apa adanya akan tetapi syarat akan makna.


BELAJAR MENULIS GELOMBANG 10
Pertemuan ke 4           : Senin 4 Mei 2020,
Waktu                         : 13.00 – 15.00 WIB
Pemateri                      : Drs. Ukim Komarudin, M.Pd
Topik                           : Pengalaman menulis di Penerbit mayor
Peresume                     : Rita Wati, S.Kom (ritapinang08@gmail.com)

           
SESI TANYA JAWAB
P1
Assalamu'alaikum. Saya Ratna Jumpa dari Sigli Aceh, ingin menanyakan kepada Bapak, bagaimana  kriteria layak atau tidaknya sebuah buku dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran. Trima kasih.
Jawab
Ibu Ratna yang baik. Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca);  dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik.
P2.
Assalamualaikum Om Ukim yg budiman, perkenalkan sy Syukri dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang, saya bertanya ttg pengalaman om Ukim dalam tulis menulis:
1. Jeda berapa lama tulisannya mulai di lirik.
2. Media apa t4 mempublish tulisan om pertama kali.
3. Gimana latar belakang buku guru juga manusia sehingga bisa best seller,  dan buku besy seller tsb brp exsemplar laku dan brp oom dapat royalti dr buku tsb.(maaf agak privasi)
4. Dari awal mulai om menulis sanpai sekarang, ada ndak berubah motivasi oom ukim dalam menulis.
5.saat oom di intervew sama siapa, dan apa hal yg sangat berkesan dari intervew tsb.
6.keseharian om ukim seperti apa kesibukannya.
7.apakah buku karya om ukim semua diterbitkan di mayor..
8.buku mengumpulkan yg berserK tsb berapa naskah semu…
Jawab
Om Syukri yang kreatif. Paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang.
Saya menulis di buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst.
Buku  Guru juga Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari medsos itu.
Saya tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis. Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga.
Yang interview dari dulu sampai kini sudah saya tahu. Pasti dia editor. Dialah penentunya. Saya sering berdoa, dan ternyata sering benar, "Dia lebih pintar dari saya". Minimal soal membuat buku saya laku di pasaran.
Semua buku berkesan. Dia seperti anak saya. Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya saya syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya.
P3
 Assalamu’alaikum Mr. Bams
Mau tanya kepada Pak Ukim Komarudin
Jika menulis di mayor di kasih waktu berapa lama untuk menulis setelah menyetorkan judul atau setelah kontrak di berikan, apakah setelah mendapat kontrak menulis di penerbit mayor, akan di tawari kerja sama lagi setiap tahunnya? Mohamad Soni Jombang
Jawab
Pak Mohammad Soni yang baik, ketika bertemu penerbit saya sudah bawa naskah utuh. Dari naskah itu kita mulai bicara.
Saya sering diminta menulis terus oleh beberapa penerbit karena beberapa buku saya yang dipergunakan di lembaga pendidikan terbit terus. mungkin sekarang sudah jilid  belasan. Masalahnya di pembagian waktu atau prioritas. kelemahannya juga ada di saya. Pribadi saya kurang bisa kompromi. Tapi percayalah, dari karya Bapak yang sungguh-sungguh akan ada tawaran berikutnya. Masalahnya, Bapak berkenan membagi waktu dan prioritas?


P4
Saya ,Sri Budi Handayani dari Gresik mau bertanya Bagaimana mengetahui gaya selingkung penerbit.
Jawab
 Ibu Sri, saya termasuk orang yang nggak mau belajar tentang itu. Bisa terkuras energi kita jika memikirkan hal itu. Itu sebabnya, saya menulis untuk diri saya. Jadi, ketika itu jadi duit, alhamdulillah. Lalu, saya tak mendapat konfirmasi sekaligus royalti, padahal di belakang saya mereka menerbitkan dan menjual buku saya. Silakan. Makan tuh rezeki saya semoga jadi amal yangdipakai kebaikan. Saya kurang suka dengan hal-hal yang diluar jangkauan saya🙏N
P5
Pertanyaan pertama
Saya dulu menulis banyak novel,dan cerpen tapi tidak sampai klimaks sudah bosan.Bagaimana cara mengatasi nya?
Pertanyaan kedua,saya suka menulis novel.Tapi,kenapa saya terus mengulang ulang kesalahan yg sama.Misal tokoh terlalu banyak,jalan cerita mudah ketebak,bagaimana cara mengatasi nya?
Pertanyaan ketiga,saya mempunyai asisten penulis novel-->2 teman saya beda kelas dan teman saya satu kelas.Alasan saya butuh asisten karena mereka sebelumnya pernah menulis novel di wattpad dan menjadi suka menggambar.Sehingga diharapkan agar ceritaku bisa dilihat dari sudut pandang bayak orang,tapi apakah langkah itu sudah betul?
Pertanyaan ke empat,karena banyak orang yang membatu saya,apakah mereka disertakan dalam bagian abstrak/pengenalan penulis,e…
Jawab
 Bapak siapa, ya?Diduga Bapak salah memilih kategori ekspresi menulis. Bapak,
harus menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan Bapak. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen. Kalau Marathon, pilih novel. Mungkin bertahap ya, pak. dari lari jarak pendek karen latihan akhirnya bisa lari jarak jauh.
Ada yang disebut, Premis (tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulia dari itu, Pak. Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana.
saya tipe orang yang sering menyembunyikan karaya jika belum final. Saya orang teater, pak. Saya suka membuat kejutan dengan membina puncak-puncak cerita. termasuk di sini kelahiran anak (karya) saya yang mengejutkan.
Permasalahan penulis pemula sering serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya Ambyar.
Tulis saja, nanti ada jurinya: diri sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan bapak nggal laku di pasaran, tapi Bapak bilang itu bagus tak apa. Ada suatu masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang.
Benar, Pak. Membaca yang banyak dan siapa saja yang Bapak suka. Hebatnya, Tuhan Mahakreatif dan Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi diri sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti ... tapi dalam dunia imajinassi itu sah. namanya terinspirasi oleh .
P6
Nama : makhmud
Asal : gempol pasuruan
Boleh tanya pak ,
1. Saya baru akan menulis buku , pengalaman bahan utk menulis sudah ada akan tetapi memulai menulisnya kesulitan ,
bagaimana memulai menulis buku yang bisa meyakinkan bagi penulis .
Jawab
Pak Makhmud yang berani, Mulailah menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan Bapak buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan seperti itu, Pak.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari Bapak dahulu. kalau Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat Bapak. Dari situ, bapak punya standar sendiri.N
P7
 ass. wr wb. saya hetty setyoningrum dari smpn 1 kaloran temanggung, jawa tengah...ingin bertanya adakah tips dan trik agar kita bisa menjadi penulis produktif yang layak diterbitkan? bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis(memulainya)? terimakasih. wass.wr.wb
Jawab
Sahabatku Hetty, penulis yang baik memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya setuju  dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas.  Itu hukumnya, Het. Menulis (produktif) pasokannya adalah membaca (receptif).
Manulis saja. Dengarkan respons dari sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih baik. N
P8
Yulus Roma - Tana Toraja: Luar biasa pengalamannya pak, pertanyaan saya, apakah gaya bahasa sehari-hari bapak tertuang persis sama dengan gaya menulis di buku? Bagaimana mengolah bahasa sehari-hari agar renyah dibaca orang? Terima kasih.
Jawab.
Yulus yang baik, pada akhirnya kita akan menjadi diri kita sendiri. Termasuk dalam hal karya. Yulus akan menemukan warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman Yulus memuji tulisan Yulus, maka di saat itulah kualitas naik ke permukaan. Teruskan dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan tulisan Bapak terjatuh di jalanan, ada seorang teman yang mengatrakan kepada Anda bahwa ini tulisan milik Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini tulisan saya?" Dia kan Jawab, "Saya sudah hapal itu Gaya Yulus."
P9
Nama saya Fatma Eviana dari Pati
Mohon pencerahan 
Apakah menulis artikel atau menulis apa saja ada aturan urutan yg ditentukan seperti menulis penulisan karya ilmiah?

JAWAB
Betul, Ibu Fatma. Semua tulisan ada pagunya. Minimal itu sebagai pegangan dasar. Ke sananya, ketika kita mahir, kita mampu membuat varasi-variasi yang kita kehendaki tetapi tetap berpegang pada pagunya.


P10
Assalamualaikum pak Ukim saya ingin sekali tulisan saya sekarang dikelas menulis ini bisa dibukukan, namun tulisan saya, dibaca sendiri aja, masih acak2 an baik bahasa maupun ejaan penulisannya. Apakah tulisan saya itu bisa dibukukan? Bagaimana dengan bahasa dan ejaannya yg belum sesuai ?

JAWAB
Penanya yang budiman, memang semuanya perlu proses. Ide untuk membukukan hasil pelatihan ini merupakan hal brilyan. Mulailah membukukan dengan niat untuk pribadi terlebih dahulu. Dengan membukukan kita punya basic kemampuan yang akan kita ukur kelak setelah berikutnya berproses. Saya doakan anda merasa adanya kemajuan setelah sekian lama berproses.

P11
Siang.. saya Kaswati dari SMKN 1 Nglegok Blitar
Mau bertanya
Bagaimana langkah kita menulis buku pelajaran yang kita ampu dan bagaimana trik trik jitu agar buku pelajaran yang kita buat bisa di minati para pembaca utamanya kaum pelajar. Terimakasih

JAWAB
Ibu Kaswati,
Mulailah dengan modul atau serpihan bab sebagai pegangan siswa sendiri. Minta mereka memberikan masukan. Tahun depan, semoga Ibu bisa meningkatkannya menjadi buku sederhana tetapi hanya untuk kalangan sendiri. Mintalah masukan kembali kepada anak-anak terkait banyak hal yang pernah saya jelaskan di awal. Setelah itu, saya yakin akan menjeadi lebih baik sampaik Ibu marasa yakin kalau ini layak untuk diterbitkan.

P12
Assalaamu'alaikum pak ukim. Saya sri indayani dari Lamongan. Saya sedang menulis buku pelajaran yang didalamnya banyak gambarnya, ttp sy hanya bisa menggambar sebatas kemampuan sy. Yg saya tanyakan, apakah penerbit akan memperbaiki gambarnya jk bukunya diterima oleh penerbit?

JAWAB
Ya, Bu. Awalnya mereka akan melihat substansi buku sebagaimana saya jelaskan di atas. Soal gambar dan lain-lain, apalagi  yang sifatnya lipstik, mereka lebih punya stok dan tahu etika pengambilan gambar yang tidak mengundang masalah. Kadang-kadang, saking bagusnya buku Ibu,  mereka mau beli gambar di situs-situs resmi.

P13
Suminarsih
Pemalang
Pertanyaan: Dari Pengalaman Bapak penerbit yang menawarkan untuk buku bapak diterbitkan. Untuk pemula tentu harus penulis yg mengajukan proposal ke penerbit? Bagaimana prosesnya?

JAWAB
Ibu Suminarsih bisa datang sendiri ke penerbit atau mengirimnya lewat pos. Kemasannya: (1) surat yang menjelaskan maksud Ibu; dan  (2) Naskahnya. Ingat, jangan file, tetapi print outnya.
Minta tanda terima jika mengantar langsung dan tanyakan biasanya kapan mendapatkan tanggapan. Syukur jika mendapatkan nomor kontak editornya.

P14
Saya Candra dari Langkat-SUMUT, Pak. Alhamdulillah sy sdh bc buku bpk menghimpun yang berserak. Karya yg luar biasa. Yg mau saya tnyakn Pak, dominan nya apa hal yg paling bnyk dikoreksi oleh pihak editor dan kiranya apa trik bh saya penulis pemula agar bs meminimalisir hal itu? Trimksh

JAWAB
Pak Candra, kebetulan saat itu penerbitnya (editornya) jatuh cinta duluan pada tulisan saya. Ia hanya minta persetujuan pembubuhan ilustrasi. Kala itu, saya setuju usulan tersebut sebab illustrator menjadikan buku tersebut lebih menarik.
Kalau bapak ada karya yang mau ditawarkan, segera saja kirimkan. Siapa tahu nasib baik sedang berada di Bapak.

P15
Selamat sore pak Ukim, saya grefer pollo dari kupang NTT, 
Berdasarkan pengalaman bapak pribadi, apa kelebihan dan kekurangan jika penulis sebagai editor dari tulisannya dan orang lain (bukan penulis) sebagai editor? Terima kasih.

Pak Grefer, maksudnya dalam keseharian tugas Bapak sebagai editor, ya? Wah itu hebat, Pak. Sebab Bapak sudah tahu apa yang harus Bapak kerjakan. Adapun ada orang lain yang mau dan mampu mengedit tulisan Bapak, itu nasib baik. Semoga Tulisan bapak menjadi lebih berkualitas.

P16
Salam sejahtera pak Ukim. 
Saya mempunyai pengalaman yang mirip dengan bapak Ukim. Bedanya pada konteks dan kondisi.
Saya berada di pedesaan pedalaman Timor yang akses ke penerbit tidak sama. Penerbit di Kota Kupang yang saya temui pertama kali untuk mengantarkan apa yang kira-kira idem dengan milik pak Ukim, Menghimpun yang Berserak; 
Punyaku kusebut, Catatan Seorang Guru Daerah Terpencil.
Mula-mula pimpinan penerbit tidak percaya kalau saya penulisnya, berhubung yang saya bawa itu fotokopian dari potongan-potongan koran dimana opini-opini saya diterbitkan.
Beruntungnya, saya punya Kartu anggota PGRI. Saya tunjukkan. Ia percaya bahwa saya guru, namun kelihatan pula keraguannya. Saya harus menjelaskan berulang. Nah, saya sadar. Saya datang dari kampung. Tampilan memang kampungan, tidak nampak wajah sebagai penulis., Belum lagi penilaian apakah saya berdompet.
Semua itu saya alami. Akhirnya melalui proses panjang berbelit, buku pertama terbit tahun 2015, minta Penerbit sekaligus yang punya percetakan menggandakan sebanyak 200 eksemplar.
Nah, kesulitan lain muncul. Masyarakat pendidikan kami (mungkin daerah lain berbeda dengan kami di pedesaan), belum punya kebiasaan membaca. Mana mungkin membeli buku apalagi dari penulis kelas kampung. 
Itu romantikanya saya merambah dunia kepenulisan secara otodidak.
Hari ini bapak Ukim berbagi pengalaman, saya ingin bertanya, 
Bagaimana bapak membangkitkan minat baca lingkungan sekitar bapak?
Roni Bani _Kab Kupang

JAWAB
Pak Roni Bani, yang pekerja keras.
Saya merasa malu membaca pengalaman Bapak yang luar biasa. Saya tidak punya kesulitan yang berate dibanding pengalaman bapak yang berbelit untuk menghasilkan karya. Saya yakin harus ada terobosan baru dalam pemasaran buku Bapak karena jika mengandalkan sebatas teman-teman sekitar, buku itu hanya menjadi “kuntum”. Dia tidak “mekar” apalagi “berbuah” banyak.
Bapak yang ulet, berusahalah  bicara dengan penerbit lain yang mungkin bisa menerbitkan di wilayah yang lebih besar kemungkinan pembacanya. Semoga Bapak beruntung.

P17
Sri sulastri dr SMKN 2 Bojonegoro, jatim. 
Kenapa editor ada yg TDK mengedit naskah buku?

JAWAB
Ya, Bu Sulastri. Mungkin ada editor yang tidak kompeten. Kita jadi repot karena begitu dami sampai di kita, kita jadi sibuk membetulkan yang menurut kita salah. Celakanya, pengalaman saya itu tanda-tanda penerbit tak berkualitas.

P18
Assalamu'alaikum. Saya Uri dari Majalengka Jawa Barat, ingin menanyakan kepada Bapak, "Apakah setiap buku yang kita ajukan untuk diterbitkan selalu diawali dengan inteview terlebih dahulu?" Trima kasih.

JAWAB
Ibu Uri,
Interview itu tanda-tanda naskah kita dilirik. Berbahagialah Ibu karena diduga naskah ibu diperhitungkan. Jangan meniru gaya saya yang awam. Untung masih rezeki meski kemudian saya baru menanggapi, saya masih diperhatikan penerbit. Kadang-kadang, naskah kita diterlantarkan oleh mereka tanpa kabar.



P19
Assalamualaikum. Mr. Bams... Saya ika siswati dari tangerang.. Maubertanya kepada bp. Ukim mengenai sistem kerja sama yang saya baca di power point,... Di situ d tuliskan bahwa sistem kerja sama itu ada royalti dan pembelian naskah....
Boleh dijelaskan mengenai pembelian naskah pak...terima kasih...

JAWAB
Ibu Ika, ada dua sistem kerjasama. Pertama, naskah dibiayai hingga terbit dengan nama penulis sebagai pencipta buku dipertahankan. Sebagai gantinya, pihak penerbit menawarkan royalty sebagai pengahasilan penulis dengan rentang 10% s.d. 12%). Artinya, penghasilan atau keuntungan sisanya milik penerbit.
Kedua, naskah dibeli oleh penerbit. Anda sebagai penulis tak lagi berhak mencantumkan nama karena hak naskah sudah anda jual. Biasanya harga naskah tinggi hingga ratusan juta rupiah.
 

P20
Saya Rachmi dari Banyuwangi
Jujur saya gagap menulis artinya masih harus belajar banyak hal spt sekarang mengikuti belajar menulis, saya punya keinginan awal bisa menulis di buletin...apakah ada syarat2 khususnya?

JAWAB
Ya, Ibu Rachmi. Tanyakan kepada pengasuhnya atau contek naskah bulletin yang telah ada. Umpamanya, yang saya tahu. Naskah paling banyak 4 halaman HVS ukuran A4 diketik spasi ganda  dengan margin standar. Biasanya seperti itu. Baik juga jika Ibu bertanya kepada pengasuhnya.


P21
Assalamu'alaikum
Saya Suminar
Dari Tangerang.
Mohon maaf kepo, untuk memotivasi diri saya, sejak kapan bapak mencurahkan ekspresi diri dalam tulisan sehingga menjadikan menulis adalah kebutuhan. Dan di media apa saja bapak mengawali menulis. 
Terima kasih

JAWAB
Sdr. Suminar,
Saya mulai menulis sejak mahasiswa tahun terakhir. Saya mulai berkarir sebagai jasa pengetik naskah teman yang kebetuan sudah mapan dalam menulis. Sebenarnya, saya mencuri cara berpikir dan berproses dia sejak awal. Dan saya berhasil.



P22
terimakasih. saya naharuddin NTB. terkait. dg karya tercetak jadi buku yg kemjdian menjadi judulnya "menghimpun yg berserak" .sepertinya saya pinya karnya berserak berupa artikel. koran.. Apakah ada peluang dibukukan. Tulisannya tidak boom pak

JAWAB
Bapak Naharuddin yang baik,
Wah itu hebat, Pak. Sejumlah artikel itu Bapak kumpulkan berdasarkan tema. Kemudian bapak lengkapi sesuai dengan isu kekinian sehingga naskah itu pas dengan situasi kini. Tolong Pak jangan disia-siakan. Sepertinya untuk menjadikannya sebagai buku, Bapak sudah setengah jalan tuh.
Jakarta, 4 Mei 2020
Salam Takjim,
Ukim Komarudin


Posting Komentar

0 Komentar