Hidup dalam serba
keterbatasan itu membuat kita menjadi insan yang lebih tangguh, tidak mudah
berputus asa, tidak cengeng. Dari SD sudah nyari uang dengan membersihkan ikan
teri. Kebetulan dikampung dikelilingi lautan dan banyak ikan, salah satunya
ikan teri atau penduduk disana biasa menyebutnya ikan bilis. Setiap hari jika
musim ikan bilis pasti kerjaan pulang sekolah itu mengupas bilis kalau didaerah asal menyebutnya mengopek bilis. Apalagai
libur panjang sekolah, gak ada jadwal keluarga untuk rekreasi yang ada hanyalah
kita malah berlomba-lomba sama saudara sendiri siapa yang paling cepat
menyelesaikannya, kadang 1 Kg bisa
dikerjakan hanya 30 menit sehari kadang
ambil 2Kg sampai 3Kg , jika lagi tidak musim hanya 1 kg, nah si apek yang biasa
kami panggil ,toke dari pemilik bilis ini selalu memuji kami karena selalu cepat selesai dan entah kenapa jika sudah ngupas bilis itu udah
gak ingat main, pikirannya cuma mau mengumpulkan uang. Untuk mengupas bilis itu
upahnya Rp.400,- perkilo jika libur panjang uang yang terkumpul bisa Rp.
40.000, - Rp.50.000,-. Berarti dalam 1 bulan saya sendiri bisa mengupas sampai 100Kg
bahkan lebih.
Bisa dibayangkan keadaan
kedua jempol , karena kupas ikan bilis itu menghandalkan kedua jempol kiri dan kanan , ketusuk duri berkali -
kali membuat keadaan jempol terkelupas, jadi makin hari akan makin lama
selesai, jika hari pertama sehari bisa menyelesaikan sampai 3kg setelah
seminggu, dua minggu 3 kg itu bisa 2 hari karena kondisi jari yang sudah mulai
kesakitan dan tidak nyaman. Uang yang terkumpul bukan untuk berfoya-foya
membelikan barang atau makanan yang diinginkan , kami serahkan kepada ibu
digunakan untuk beli beras makan bersama. Kadang ada sih rasa pengen beli baju baru atau
tas baru karena biasanya setelah liburan sekolah teman-teman biasanya pada pake
yang baru, ya karena kondisi ekonomi yang
tidak mendukung, banyak memendam rasa jadinya.
Selain mengupas ikan
bilis, saudara perempuan saya lebih kreatif lagi , jika tidak musim ikan bilis
dia selalu aja ada ide untuk mendapatkan uang merangkai bunga, pada waktu itu
sedang musim penjualan bunga plastik. Nah dari pabriknya bunga itu belum
dirangkai, masih berbahan terpisah-pisah antara putik, benang sari, daun,
tangkai dan sebagainya. Upah masing-masing bunga berbeda-beda dihitung perlusin dengan hasil jadi yang
sudah terangkai antara bunga, daun,dan batang , bunga yang gampang selusin bisa
diharga Rp.300,- sedangkan yang sulit kadang bisa dua kali lipatnya Rp.600,-.
Nah jika saudara saya ngambil upah bunga maka saya ikut juga bantu dengan
syarat saya juga dapat upah sesuai dengan jumlah yang dikerjakan.
Masa-masa Sekolah Dasar
kami sangat berwarna , tidak berhenti di Sekolah Dasar ,selain bunga, saudara
perempuan saya yang jaraknya 8 tahun dari saya bekerja di pabrik teh, kerjaannya
mulai dari membuat kemasan , memasukan teh dan lem, gajinya dihitung dari hasil
jumlah kemasan teh yang jadi, agar lebih banyak saudara saya juga membawa
pulang kerjaannya , nah akhirnya saya sebagi adik juga ikut membantu, sepulang sekolah
saya bantu buat bungkusan kadang sehari saya bisa bantu 50 bungkus teh , kalau
gak salah waktu itu perlusin dihargai Rp.200,-. Jadi jangan tanya jam belajar
saya, saya tidak pernah punya jam belajar, jika ada PR saja saya kerjakan ,
selain itu saya bebas tidak pernah buka buku, untung nilainya gak jelek-jelek amat
ya.
Saya kira hanya sampai
disitu sewaktu SMA saya tidak pernah mengambil kerjaan apapun, sedikit focus sama
pendidikan, kan tetapi suatu hari si teman saya mampir kerumah kebetulan ibu
saya menjual es unyil, spontan dia ngomong “loh jualan es kok gak bawa sekolah”,
akhirnya besok dia pesan es dan teman-teman pada tau akhirnya pada pesan juga,
nah ada yang nyeletuk bawa nasi juga dong biar kita gak usah kekantin. Mulai
lah ibu saya buat nasi lemak ,(nasi uduk kalau daerah lain ya) saya bawa 10
bungkus aja pertama, ternyata laris . dan terus bertambah. Sebagai anak remaja
yang duduk dibangku SMA bawa dagangan seperti itu ada sih rasa malu atau
gengsinya kadang buku pelajaran saya tenteng sedangkan tas sekolah isinya nasi
dan es. Itulah pengalaman saya di
masa-masa sekolah . Sekarang jika saya mengingat cerita masa sekolah itu ada
rasa kepuasan dan bangga, akan tetapi sewaktu saya mengalami itu dihati masih
terselip rasa malu, gengsi sama teman-teman, takut diledekin akan tetapi
sekarang saya merasa bangga mengenang pengalaman yang saya alami, jika saya
tidak dibiasakan kerja sedari kecil saya mungkin termasuk insan yang malas, dan
manja.
1 Komentar
Semangt untuk berjuang
BalasHapus