“Menulis
adalah lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas,
kompetensi dan rasa percaya diri guru” (Guru Agung)
Agung Pardini |
Malam ini Rabu, 10 Juni 2020 kembali
kegiatan kuliah belajar menulis dilaksanakan. Ada hal yang menarik perhatian
saya. Membaca CV Bpk Agung Pardini. Bukan Karena Pengalamannya yang sangat luar
biasa. Hal pertama yang menarik perhatian saya adalah tanggal dan tahun
kelahirannya. Ditulis dalam tahun hijriyah 29 Jumadil Awal 1401. Spontan saya langsung menghitung
umur beliau. Sehingga profil dan CV beliau saya baca secara utuh.
Tidak salah saya mengikuti Kelas
Belajar Menulis yang dipelopori oleh Om Jay ini. Bagaimana tidak ,nara sumber
yang luar biasa menginspirasi membuat saya semakin sadar. Apa sebenarnya tujuan
saya menulis?. Pertanyaan itu yang masuk kebenak saya.
Agung Pardini yang dikenal dengan
Guru Agung adalah seorang koordinator
pada Madrasah 5.0. Master Teacher pada Sekolah Guru Indonesia. Mentor pada
sekolah kepemimpinan bangsa Dompet Dhuafa. Bekerja di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa. Salah
satu pekerjaan yang ia tangani sejak tahun 2009 adalah SGI (Sekolah Guru
Indonesia). Berikut link SGI www.sekolahguruindonesia.net.
Malam ini Guru Agung akan
memberikan perspektif berbeda dalam urusan penulisan dan penerbitan buku di
bidang pendidikan dan keguruan.
Berdasarkan
pengalamannya. Bekerja di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa. Guru Agung
terbiasa untuk mengajak para guru-guru yang mengabdi di daerah-daerah pelosok
untuk menulis dan berkarya. Di tengah keterbatasan kondisi geografis dan
budaya, aktivitas menulis dan berkarya ini memiliki tantangan sendiri buat para
guru-guru di sana.
Terdapat
beberapa kendala diantaranya yaitu:
1.
Gaya bahasa, ada beberapa istilah Bahasa Indonesia yang dimaknai secara berbeda
di daerah.
2.
Penggunaan komputer, banyak yang belum mengenal MS Office
3.
Listrik, di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari.
4.
Ejaan yang (belum) disempurnakan
Dari
kendala-kendala diatas. Maka dicarilah solusinya. Salah satunya adalah dengan
model pendampingan intensif. Secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan
akan melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun. Tentu
ini bukan tugas yang mudah. Butuh kesabaran dari para relawan.
Dompet
Dhuafa sendiri dibangun oleh para jurnalis senior Republika di era-era awal. Sehingga
setiap program yang mereka kerjakan buat pemberdayaan guru di daerah harus
memiliki produk buku atau tulisan.
Ada
beberapa ragam jenis kegiatan menulis dan berkarya yang biasa Guru Agung dan
tim berikan kepada guru-guru di pelosok. Outputnya tidak harus buku, ada yang
berbentuk PTK, jurnal, media pembelajaran, puisi, dan lain sebagainya
Berikut
contoh-contohnya:
Nah
buku ini adalah kumpulan tulisan dari para guru terkait dengan inovasi
pembelajaran yang telah mereka hasilkan, baik dalam bentuk inovasi metode
ataupun media. Ini murni diangkat dari
pengalaman-pengalaman mereka.
Terkait
dengan percetakan, alhamdulillah semua dibiayai oleh donasi zakat yang dikelola
oleh Dompet Dhuafa.Buku-buku ini tidak diperjual belikan. Namun akan dibagikan
secara gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan.
Ahamdulillah
buku-buku ini dapat memberi manfaat dan masukan bagi inovasi pembelajaran di
daerah lain. Selain itu SGI juga menerbitkan buku dengan genre yang lain. Sifatnya
adalah kisah-kisah inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi
sebagai guru-guru di daerah pelosok.
Dua
buku bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang mengajar
hingga ke pelosok negeri. Ada yang di kepulauan, ada yang di hutan dan
pegunungan, dan ada yang di pelosok kampung.
Pernah
ada guru muda SGI yang meninggal dalam tugas di penempatan. Dan saat sebelum
meninggal, beliau sempat menulis pada buku di atas (warna coklat).Akhirnya nama
beliau kami abadikan menjadi nama sebuah penghargaan bagi guru-guru terbaik
SGI.
Hampir
semua buku-buku yang di terbitkan adalah antologi, nulis bareng-bareng. Nah
bagaimana cara mengajarkan guru-guru SGI menulis? Guru Agung dan tim mempunyai cara yang unik.
Yakni
dengan menulis "Jurnal Perjalanan Guru". Jurnal ini wajib dikerjakan
oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus SGI.
Setiap
malam mereka harus menulis pengalaman mereka selama si siang hari. Modelnya
bisa macam-macam. Ada yang curhat, sampai ada yang membahas suatu teori
kependidikan dan kepemimpinan. Setelah pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam
pembinaan, semua jurnal tasi dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi.
Jadi
ini bisa jadi semacam refleksi dan evaluasi. Ini mirip sekali dengan kebiasaan
menulisnya Om Guru Wijaya Kusuma, yang senang menulis cerita harian di group
ini. Melalui jurnal ini, kita pun para pengelola dan dosen jadi tahu tentang
perasaan dan pikiran yang tengah bergejolak di hati mereka.
Jika
ada perasaan hati yang negatif, kita bisa langsung coaching atau konseling. Ada
yang rindu keluarga, ada yang sakit hati... macam-macam ceritanya. Kebiasaan
menulis jurnal harian ini, Guru jadi terlatih buat menulis. Namun ini tentu
tidaklah cukup, harus ada upaya lain, yakni banyak-banyak membaca.
Jika
tidak banyak membaca, ya gak bakal
banyak menulis. Ini melatih kepekaan literasi mereka. Makanya program lain
dari SGI ini adalah bedah buku rutin. Ada yang harian, ada yang pekanan. Dalam
proses pembinaan guru di SGI, setiap pagi ada apel. Yang bertugas sebagai pembina apel
(bergantian), dialah yang akan memberi kajian bedah buku. Gak harus yang
berat-berat, novel pun bisa.
Selain
bedah buku, untuk memantau kemajuan bacaan para guru, setelah apel biasanya ada
aktivitas "Semangat Pagi". Yakni memberi motivasi secara bergantian,
dengan menggunakan kata-kata. Hal ini untuk meyakinkan bahwa menulis buat para
guru adalah lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa
percaya diri.
Buku
diatas adalah buku yang ditulis Guru Agung bersama Tim Makmal Pendidikan Dompet
Dhuafa. Buku ini merupakan kumpulan tulisan tentang cara-cara pengelolaan
sekolah secara efektif dan efisien. Kebetulan ia juga sebagai konsultan sekolah
di Dompet Dhuafa.
SESI TANYA JAWAB
mau
bertanya....jeferson siahaan bandung jawabarat gel.12....apakah boleh tau
mengenai company profile SGI
|
Kita punya beberapa program, salah
satunya adalah School of Master Teachers atau SMT.
Saat ini tengah diselenggarakan di NTB,
Sulsel, Sulbar, dan Sulteng. Lama programnya adalah 3 hingga 4 bulan. Tugas
akhirnya adalah membuat PTK.
|
Assalamualaikum
BP
Agung luar biasa ilmu dan pengalamannya. Yg ingin sy tanyakan, ketika byk
baca byk menulis. Bgnm utk penyediaan buku2 referensi guru2 yg bertugas di daerah terpencil kan listrik blm ada,
internet kemungkinan sulit. Langkah 2 apa yg BPK lakukukan (dompet dhuafa)
spy guru ttp berkarya / menulis dg ketersediaan buku2 tsb? Mukminin Lamongan.
Mksih
|
Alhamdulillah setiap tahun kita
mendapatkan donasi buku.
Walau jumlahnya terbatas, ini coba
kami salurkan ke beberapa daerah pelosok.
Kalau boleh
jujur, sebetulnya dari zaman dahulu pemerintah kita sdh sangat peduli untuk
pengiriman buku-buku ke sekolah-sekolah marjinal. Namun sayang...
Masih banyak guru yang belum
termotivasi untuk membacanya. 😟😟
Salah satu kebiasaan saya kalau datang
ke sekolah di pelosok adalah membongkar-bongkar lemari sekolah. Banyak buku
masih terplastik rapi di dalam dus-dus.
😭😭😭
|
Assalamualaikum,
Saya siti Nurbaya Az, SE Karimun, Kepri.
Pak,
daerah 3 T di Karimun bisa tidak dapat bantuan dompet dhuafa. Gelombang 12.
Wassalam
|
Untuk Kepri, program kita baru sampai
Pangkal Pinang. Ini masih Kota ya 😁
Pernah juga ada program lain di Riau,
tepatnya di kepulauan Meranti. Membuat sekolah buat anak-anak Suku Akit.
|
Assalamualaikum
bapak,,saya Noralia gelombang 8. Ingin menanyakan,,untuk mendapatkan buku2
koleksi dompet dhuafa, caranya bagaimana ya? Terimakasih
|
Saat ini buku-buku kita sudah tersedia
online. Jadi lebih mudah diakses.
Berikut linknya... EduAction e-Book
Dompet Dhuafa Pendidikan 2020
Halo Sahabat Pendidikan, yuk tambah
pengetahuan dengan mengunduh materi-materi terbaru dari para pegiat
pendidikan Indonesia. Ada pembahasan menarik tentang kepemimpinan, parenting,
sampai bagaimana langkah kita menghadapi Covid-19 yang ditulis oleh Ust.
Harry Santosa, Sri Nurhidayah, Ivan Ahda, Asep Sapa'at, dan Guru Agung
Pardini. Selain itu, Sahabat Pendidikan juga akan mendapatkan bonus Guide Book Ramadan
Sekolah Guru Indonesia
Kami juga mengajak Sahabat Pendidikan
berbagi kebahagiaan dengan siswa yatim dan marjinal dengan berdonasi baju
lebaran untuk mereka melalui tautan
http://etahfizh.org/campaigns/baju-lebaran/
EduAction #AkuKamuAksi B… Ini contoh
buku-buku yang kita release waktu akhir Ramadhan kemarin.
|
Lilis
Erna Yulianti, SMPN 1 Kertajati Majalengka, gelombang 12 : Selamat malam pak
Guru... Saya merasa senang mendengar penjelasan ttg SGI. Seandainya saya msh
muda pengen rasanya bergabung hehe... Saya ingin bertanya bgmn cara
koordinasi dgn setiap guru yg bertugas di tempat yg berbeda apalagi tadi ada
beberapa kendala spt internet dan listrik yg hanya menyala mlm hari? Kemudian
acara bedah buku apakah di sklh SGI atau dimana? Kalo saya pengen punya buku2
karya guru2 hebat tsb bgmn cara mendapatkannya? Jurnal yg ditulis tentunya
sangat kaya pengalaman dan wawasan shg saya sangat tertarik. Terima kasih
|
Alhamdulillah, hari ini satu persatu
daerah-daerah yang kami sambangi sudah ada jaringan internet dan listrik,
jadi semakin mudah buat kami buat koordinasi.
Beberapa kajian bedah buku kami sejak
pandemi akhirnya kita luaskan ke channel Youtube dan FB.Tapi setiap cabang
SGI di daerah juga punya agenda bedah buku sendiri. Sayangnya buku-buku kami
sudah banyak yang habis versi cetaknya. Makanya kami ubah ke versi pdf atau
e-book. Saya pribadi tidak banyak menulis buku, tapi lebih senang menulis
artikel atau naskah akademik buat pengembangan program pendidikan di Dompet
Dhuafa. Sekarang ini saya tengah membuat gerakan Transformasi Kelas Ajar dan
juga mengembangkan Sepuluh Kepemimpinan Guru.
Tulisan-tulisan saya bisa dibaca di
web SGI:
|
Sudikah
kiranya bapak diundang untuk datang ke Pamekasan Madura untuk menyemangati
dan membimbing kami untuk menulis? Dari Sri Martini
|
Alhamdulillah terima kasih atas
undangannya Bu.Akhir tahun lalu saya baru saja diundang ke Kantor Bupati
Sampang. Ada acara kepemudaan dan kunjungan sekolah.Hanya sayangnya, oleh
kantor saya tidak boleh kelur daerah sampai dengan Bulan Desember.
Covid 🙏🏻🙏🏻🙏🏻😭😭
|
Assalamualaikum
Wr. Wb. Senang sekali bertemu dan berkenalan dengan Guru Agung Pardini.
Pertanyaan saya. Bagaimana awal mula kisah bapak bergabung dengan dompet
dhuafa sampai bisa menerbitkan buku yg begitu banyak. AAM NURHASANAH,
LEBAK-BANTEN
|
Kebetulan saya melamar langsung saat
ada lowongan untuk menjadi trainer dan konsultan pendidikan di Dompet Dhuafa.
Kebetulan tahun 2008, Dompet Dhuafa sedang butuh SDM dari kalangan
guru/praktisi pendidikan. Seperti biasa, ada tes seleksi
|
Assalamu'alaikum
bpk..Maaf saya sumarjiyati,GK.
Mau
bertannya bagaiman kita bisa bergabung. Di dompet duafa.apakah ada syarat2
tertentu untuk sekolah kmi menjadi sd binaan dari dompet duafa.terimakasih.🙏
|
Kebetulan tahun ini karena sedang
Covid, kami sedang hentikan beberapa program di banyak daerah, salah satunya
adalah program pendampingan sekolah. Semoga tahun depan kita bisa buka lagi. Nanti
ibu silahkan hubungi no. WA saya ini. Cukup japri saja. Kebetulan fokus
pendampingan sekolahnya adalah ke bidang literasi. Namanya programnya Sekolah
Literasi Indonesia.
|
Assalamualaikum
pak guru Agung saya Candra dari MTsN 1 Langkat Sumatera Utara, izin bertanya
Pak..apakah menurut bapak guru yang baik itu harus memiliki kemampuan
menulis?
|
Jawabannya adalah wajib bisa Pak. Tapi
tidak harus dalam bentuk buku ya. Bisa PTK. Bisa Jurnal Penelitian. Bisa
Cerpen atau Puisi. Bisa juga modul, LKS, atau mungkin Kumpulan Bank Soal. Guru
wajib literat, bahkan multiliterat, apapun bentuk tulisannya. Kalau saya
senengannya corat-coret di kertas Pak. Nanti saya kumpulin pelan-pelan, baru
nanti kita bikin artikelnya.
Kalau menulis buku, saya beraninya
masih bareng-bareng. Takut kalau sendirian.. sepi 😁
|
Terimakasih
pak guru Agung atas materinya yang luar biasa. Perkenalkan saya dhevi dari
jogja, saya tertarik dengan antologi buku yang dihasilkan. Izin bertanya pak,
apakah dompet dhuafa selain menerima donasi uang juga menerima donasi buku?
Maksud saya, buku baru masih segel, untuk dijual dan hasilnya di donasikan.
Kawan kami dan teman2nya menerbitkan juga buku antologi cerita pengalaman
mengajar di daerah 3T tepatnya di Gayo Lues, akan tetapi kawan2 ini kesulitan
menjual bukunya. Tujuan awal penerbitan buku ini memang untuk donasi.
Terimakasih.
|
Sepanjang pengalaman kami, berbisnis
jualan buku inspirasi guru ini masih minim peminat. Kecuali dalam bentuk
semifiksi alias novel.
Saran saya, untuk para guru yang
senang menulia buku seperti ini, sebaiknya model marketingnya adalah lewat
jaringan komunitas. Ini lebih mudah dijual.
Sebagai misal, kalau di SGI, kita memfasilitasi
penjualan buku-buku para member untuk ditawarkan kepada sesama member.
Ditawarkan pake pre-order dulu, bukan ready stock. Jadi pencetakan
disesuaikan dengan pesanan.
Kalau buku-buku yang diterbitkan oleh
Dompet Dhuafa sendiri biasanya dibagikan
(gratis) buat para guru2 lain.
Jadi gampang laku, karena gratis. 😁
|
Kesimpulan
- Merangkai kata dalam bentuk tulisan ini bukan pekerjaan mudah. Kita mesti bersabar. Kalau mau lancar harus banyak membaca dulu.
- Cobalah menulis dengan apa yang sering kita pikirkan, kita lakukan, dan yang sering kita katakan. Buat mencari ide, butuh teman diskusi, butuh temen nongkrong setia, butuh komunitas.
- Menulis ini melatih ketajaman pikiran dan memperhalus budi pekerti. Maka menulislah, maka engkau "ada".
Demikianlah materi kuliah yang
disampaikan oleh Guru Agung. Banyak hikmah yang bisa kita ambil. Bekerja dilembaga
kemanusian. Membantu guru yang tergabung didalam SGI untuk selalu menulis
dengan pendampingan intensif. Sungguh itu tidak mudah bagi Guru Agung dan Guru
yang mengajar di pelosok negeri kepulauan,
hutan dan pegunungan.
Berbagi pengalaman mengajar yang dituliskan oleh para guru dan diterbitkan dengan dana zakat Dompet Dhuafa untuk dibagikan secara gratis kepada sekolah-sekolah yang sangat memerlukan.
Berbagi pengalaman mengajar yang dituliskan oleh para guru dan diterbitkan dengan dana zakat Dompet Dhuafa untuk dibagikan secara gratis kepada sekolah-sekolah yang sangat memerlukan.
Sebagai seorang guru sudah semestinya kita menulis. Berbagi pengalaman selama mengajar. Selalu motivasi
diri untuk menulis. Apa tujuan kita menulis?. Berbagi ilmu atau hanya sekedar
mencari popularitas? Bisa jadi untuk mencari tambahan
penghasilan. Semua itu sah-sah saja akan tetapi kembali ketujuan awal. Berbagi ilmu. Berharap ilmu yang kita bagikan dapat bermanfaat dan dapat menjadi amal jariyah bagi kita.
Salam terima kasih kepada nara sumber inspiratif.
Salam terima kasih kepada nara sumber inspiratif.
Peresume. Rita Wati, S.Kom
Peserta Belajar Menulis Gelombang 10
Untuk melihat profil lengkap Guru Agung dapat diunduh disini.
2 Komentar
Kerenn bgt ya....sungguh menginspirasi
BalasHapusIya sis
Hapus