PETRICK
Sudah dua kali kak Yuli pindah rumah,
ditempat yang baru ini cukup menyenangkan, ada telepon dan dapur yang luas.Bunga
mengamati seluruh ruangan rumah kak Yuli, ternyata disudut pojok belakang
banyak sekali buku-buku. Buku lama ada tentang Soekarno, sejarah, ada kitab
Injil. Bunga mengira jika pemilik rumah ini kepunyaan orang yang berpendidikan,
karena dari koleksi buku yang ada cukup berkualitas.
Sebagai
warga baru, kak Yuli belum begitu mengerti dengan keadaan lingkungan sekitar. Sebagai
ibu rumah tangga kak Yuli tidak begitu sibuk, karena kak Yuli hanya mempunyai
satu orang anak yang masih berusia 4 tahun. Bayu namanya, putih, kurus tapi
agak hiperaktif membuat kak Yuli sering kewalahan dengan tingkah lakunya.
Ilustrasi pngdownload.id |
Bunga
sering berkunjung di kediaman kak Yuli, apalagi sepulang sekolah, karena selain
dekat dengan sekolahnya dan lumayan buat mengisi perut, apalagi kak Yuli sering
masak enak dan banyak. Terkadang Bunga heran dengan kak Yuli, Cuma bertiga kok sering masak
banyak, apalagi abang ipar dan ponakannya paling susah makan nasi senangnya makan
indomie rebus.
Pagi
ini Bunga pulang agak cepat, ia ingin main ketempat kak Yuli sekalian melihat
ponakannya yang lucu itu, walaupun ia sering jengkel dengannya kalau lagi kumat
hiperaktifnya. Bunga jadi sering nyubitin pinggulnya. Kalau ponakannya menangis
sambil memegang pinggulnya, pasti kak Yuli sudah mengerti kalau anaknya habis dicubitin
Bunga.
Pasti ponakannya akan berteriak
“Mamak, Tante tu! Suka betul nyubitin pantat Bayu”,
dengan bahasanya yang manja.
“Habis, Bayu nakal makanya Tante cubit.”
“Tapi , seringnya di pantat Bayu,
sakitlah.”
kak Yuli juga heran, Bunga sering banget
mencubit pantatnya, apa itu gemes atau jengkel pasti aja sasarannya pinggulnya
itu.
Tiba-tiba,
diteras rumah ada seorang laki-laki tinggi, putih tidak begitu tua dan tidak
juga muda, kira-kira usianya sekitar 38 tahun.
Bayu langsung berlarian menuju ke orang
tersebut
“Mak, Mak, ada Om Petrick” dengan suara
yang masih belum jelas menyebut huruf r.
“Bayu, jangan ganggu Om Petricknya!”,
biar aja Om Petricknya di situ.
“Kak, siapa orang itu”, Bunga bertanya
heran kepada kak Yuli
“Oh, itu orang-orang memanggilnya
Petrick, orangnya agak stress, tapi, dia gak mengganggu orang. Dia sering disuruh-suruh
sama orang di sini.
Kadang-kadang kakak kasihan lihat dia,
ada orang yang memanfaatkan tenaganya menyuruhnya mengangkat air sampai
memenuhi bak mandi, tapi hanya dikasih 500 rupiah.”
“Terus, kalau makan, gimana Kak? Apa dia
sering mengambil di tong sampah?’
“Kalau kakak perhatiin tidak, dia
orangnya cukup bersih sering mandi disamping rumah”, kebetulan ada sumur
disamping rumah kakak.
“Mak…Mamak nggak kasih makan Om Petrick,
dia udah lapar kali Mak.”
“Oh iya, tunggu sebentar.”
Ternyata
semenjak kak Yuli tinggal disini dia sering memberi makan kepada si Petrick,
jadwalnya siang jam 1 dan kalau malam jam 7. Terkadang kalau kak Yuli lagi
males masak , kak Yuli hanya kasih uang dengannya.
Bunga
menjadi penasaran dengannya, Bunga mencoba untuk mengobrol dengannya , ternyata
dari gaya bahasa yang dia gunakan cukup jelas dan terpelajar pengetahuannya
cukup luas. Tapi si Petrick sering bercerita tentang agama, Budha dan Katolik,
ternyata pada awalnya dia seorang Budha dan pindah menjadi Katolik dan sempat
menjadi Pastur katanya. Bunga tidak tahu apakah yang dia ceritakan itu benar
atau tidak yang jelas Bunga sering melihat dia berbicara sendiri tentang
pengampunan dosanya.
Dia
juga bercerita kalau keluarganya jauh tidak ada di sini, dan masyarakat juga
bercerita kalau Petrick itu merupakan pendatang, tidak tahu asal usulnya.
Tidak
terasa sudah hampir 8 bulan kak Yuli tinggal di daerah ini, Bunga melihat
ponakannya Bayu sangat akrab sekali dengan Petrick, Bunga wanti-wanti pada kak
Yuli jangan terlalu membiarkan Bayu bermain dengan orang tersebut.
Tapi kak Yuli yang selalu positif thinking.
“Biar aja paling cuma sebentar, nanti
kalau sudah siang kakak suruh Bayu tidur.”
Bunga
melihat si Petrick cukup sopan dia tidak pernah masuk ke dalam rumah sebelum
dizinkan. Dia selalu di teras rumah, ternyata kak Yuli sudah berpesan dengannya
kalau tidak ada suami kak Yuli dan tidak ada orang di rumah jangan masuk ke
dalam rumah. Ternyata Petrick cukup mengerti.
Setiap
mangrib Bayu belajar mengaji dengan kak Yuli. Petrick yang di luar sering
sekali memperhatikannya. Kadang dia bertanya. “Orang Islam itu kok sering
sembahyang ya?”
“Iya,
karena orang islam wajib sembahyang 5 kali sehari dan harus bisa baca Qur’an.” Jawab
Bunga
“ Kalau Katholik sih cuma seminggu
sekali.” Balas Petrick
“Itu baca Al-Qur’an ya? Al-Qur’an itu
dari bahasa Arab ya?” tanyanya lagi
“Ia, setiap orang Islam kitabnya
Al-Qur’an, dan bahasa Al-quran seluruh dunia pasti sama, bahasa Arab.”
Kak
Yuli sering sekali diingatkan sama tetangganya, kalau sama orang stress itu
jangan terlalu perhatian.
“Jangan biarkan anakmu main denganya, apa
lagi sering kasih makan, nanti jadi kebiasaan. Nanti dia makin malas, mau makan
enak aja.” Sapa tetangga kak Yuli.
Kak
Yuli merasa tidak terbebani sama sekali untuk memberi makan kepada si Petrick
karena kakak berpikir dari pada sisa dan mubazir. Terkadang Petrick sering di ajak ngobrol dengan suami Kak
Yuli, sambil menonton TV. Sesekali pernah si Petrick tidur di rumah kak Yuli
bersama abang iparnya , karena abang iparnya sangat gemar sekali dengan sepak
bola, jadi dari pada nonton sendiri dia mengajak Petrick untuk menemaninya.
Petrick ternyata sangat rajin, dia
mengerti kalau sering diberi makan sama kak Yuli. Dia jadi sering membersihkan
halaman rumah kak Yuli dan membuang
sampah. Malam hari dia sering ronda di sekitar rumah kak Yuli.
Pada
awalnya kak Yuli tidak sempat membuang sampah, kak Yuli menyuruh si Petrick
untuk membuangnya. Akhirnya setiap hari Petrick mengerti kalau tugasnya
membuang sampah dan membersihkan halaman.
Akhir-akhir ini Petrick sering tidak mau
kalau disuruh orang yang memanfaatkan tenaganya, karena Petrick pernah
bercerita pada Kak Yuli
“Saya capek Kak disuruh mengangkat air,
ngambilnya jauh di sumur umum dan disuruh mengisi sampai baknya penuh, terus
saya cuma dikasih 500 perak, dan kalau saya lapar, orang-orang itu tidak mau
memberi makan, kalau kasih makan pun yang sudah hampir basi.”
Para tetangga, merasa bahwa sejak
ada kak Yuli, si Petrick mulai kelihatan lebih gemuk dan semakin bersih,
sebagian merasa bersyukur karena masih ada yang memperhatikan orang stress,
tapi berbeda dengan ibu-ibu yang sering memanfaatkan tenaganya, dia sangat
sinis sekali dengan kak Yuli, katanya semenjak ada kak Yuli si Petrick sering
tidak mau kalau disuruh-suruh, katanya kak Yuli sok baik.
“Astagfirullah”,
kak Yuli hanya mengelus dadanya.
Akhir-akhir ini kesehatan kak Yuli terganggu,
kakak sering sakit terkadang panas, demam dan sering keluar masuk rumah sakit.
Ternyata kakak sakit paru-paru, keadaan kakak semakin kurus.
Semenjak kak Yuli sakit, kak Yuli
sering menginap ditempat emak, dan akhirnya kak Yuli pindah ketempat emak agar
ada yang membantu ketika kak Yuli sakit mendadak. Bunga masih salut dengan kak
Yuli, dia masih sempat mengingatkankan Bunga agar sekali-kali melihat si
Petrick dan memberi makan dengannya.
Sewaktu keadaan kak Yuli kelihatan
mulai membaik, kak Yuli pernah berbicara kalau dia ingin membelikan mie pangsit
buat si Petrick, karena kak Yuli pernah berjanji dengannya. Karena Petrick
pernah bercerita kalau dia sudah lama sekali tidak makan enak, dia ingin sekali
makan mie pangsit. Tapi dia tidak tahu harus minta kepada siapa.
Ternyata Petrick
bercerita dengan kak Yuli dan membuat kak Yuli berniat untuk membelikan mie
pangsit buatnya. Tapi belum sempat kak Yuli menunaikan niatnya, kak Yuli jatuh
sakit. Setelah 3 bulan kak Yuli sakit, akhirnya Bunga dan keluarga harus
merelakan kepergian kak Yuli, untuk selama-lamanya.
Tidak terasa sudah hampir 6 bulan kak
Yuli pergi. Semenjak kak Yuli pindah, Bunga tidak pernah berkunjung dikontrakan
almarhumah kak Yuli.
Astagfirullah
Bunga lupa akan sesuatu, Bunga lupa kalau kak Yuli pernah bercerita kalau dia
ingin memberikan Petrick Mie pangsit.
Sore
itu Bunga ingin berkunjung ke tempat si Petrick, Bunga ingin menunaikan niat
kak Yuli, Bunga sengaja membawa keponakannya Bayu, sekarang dia sudah berumur 5
setengah tahun.
Bunga melintasi jalan yang sering ia lalui 1 tahun yang lalu,
Tiba- tiba ada seorang ibu yang mengurnya
“ Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
“De Bunga ya?”
“Iya bu”
“Ini Bayu, ya? Udah besar ya, mana
mamaknya ?”
“Mamak,
gak tahu udah lama nggak pulang.” jawab Bayu
”Kak Yuli sudah pergi bu, sudah meninggal
6 bulan yang lalu.”
“Innalillahi wainnailaihiroji’un.”
“Memangnya mamak pergi kemana sih Te? Kok
lama sih? Kan Bayu rindu sama mamak.”
Bunga menguatkan hati
“Mamak Bayu perginya jauh, nanti kalau
Bayu sudah besar Bayu baru tahu mamak pergi kemana?”
“Masa tunggu Bayu besar dulu?” sambil
merengut
lalu bu Sri menambahkan
“Iya, nanti kalau Bayu sudah besar Bayu
bisa tahu mamak Bayu ada dimana, sekarang Bayu rajin-rajin belajar, mengaji supaya mamak Bayu senang.”
“Sekarang adek mau kemana?” bu Sri
bertanya
“Ini Bu, saya ingin ketemu sama Petrick,
ingin memberikan sesuatu padanya pesan almarhumah.”
“Kasihan dek, sekarang semakin stress,
tidak terurus semenjak kakak adek pindah.”
Tidak ada yang memperhatikannya, kadang-kadang
karena begitu laparnya dia mencari makan di tempat sampah.
Orang-orang yang membencinya sering
mengatakan
“Pergi sana, cari makan sama orang yang
sok suci, yang perhatian sama kamu, sekarang kamu baru tahu orang yang sok baik
itu sudah bosan sama kamu , rasain”
Bunga tidak menyangka ternyata masih ada
yang mengatakan kalau kak Bunga sok baik, Ya Allah ampunilah kakak Bunga dan
ampunilah orang yang berbicara seperti itu.
Pos kamling, Bunga menuju ke sana, ibu
sri berkata kalau Petrick sering berada di post kamling. Dari kejauhan Bunga
melihat sosok tubuh yang kurus, pakaian yang lusuh, rambut yang panjang dan
brewokan. Bunga mendekatinya dengan rasa takut.
Spontan
Petrick kaget dan menatapnya, lalu dia melihat ponakannya, Bayu kelihatan
begitu takut sekali dengannya dan bersembunyi dibalik punggung Bunga. Lama
sekali Petrick memandang Bayu.
“Mau
ngapain kalian kesini?”
“Mau mengejek ku yah?
Bayu semakin ketakutan,
Lalu Bunga mengeluarkan suara
“Tidak, Om Petrick”
Dia
menatap tajam ke Bayu
Dia mencoba mendekati Bayu tapi Bayu
semakin bersembunyi.
“Om Petrick, ini ada titipan buat Om dari
ibunya Bayu, Kak Yuli”
“Kak Yuli”, dia berpikir
“Ini mie pangsit buat Om Petrick.”
Petrick langsung mengambil dari tangan
Bunga dan memakannya dengan lahap.
Bunga langsung pamit, tapi sebelum Bunga
pergi, Petrick memanggil
“Kak Yuli dimana?”Bunga terdiam Bunga
tidak menyangka kalau ada orang stress
masih ingat dengan kakaknya.
“Kak Yuli sekarang sudah pergi jauh, dia
tidak akan bertemu dengan kita lagi, kak Yuli sudah meninggalkan kita untuk
selama-lamanya.
spontan Petrick berteriak keras sekali sambil
berlari kencang meninggalkan Bunga dan Bayu.
2 Komentar
Terima kasih
BalasHapusTerimakasih om sudah berkunjung
Hapus