Hal Apa Saja Yang Harus di Perhatikan Ketika Menulis

 




Terimakasih Pak Brian.

Kebetulan moderator lagi sibuk jadi

Assalamualaikum Wr. Wb

Selamat sore, salam sejahtera untuk  Bpk/ibu hebat di seluruh Indonesia yang tergabung dalam komunitas  Cakrawala Blogger Guru Nasional (Lagerunal) . Kembali lagi kita bertemu di kelas menulis Lagerunal Selasa 1 Desember 2020.

Kebetulan pada pertemuan kedua ini saya kembali yang mengisi materi pada sore ini semoga tidak membuat Bpk/Ibu jenuh dalam mengikuti kelas ini ya.

Pertemuan berikutnya InsyaAllah akan diisi oleh narsum lainnya. Kebetulan hari ini narsum dan teman admin. moderataor Bu Aam lagi sibuk

Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan materi tentang kepenulisan 2 tentang *Hal-Hal yang Perlu di Perhatikan Ketika menulis*

Sebelumnya saya akan bertanya terlebih dahulu kepada Bpk/Ibu.

Apa motivasi Bpk/Ibu menulis?

Bpk/Ibu  harus mengetahui dulu apa motivasi Bpk/Ibu untuk menulis. Masing-masing penulis memiliki tujuan dan motivasi yang berbeda-beda.

Berikut 4 alasan/motivasi mengapa menulis?

 

1.       Motivasi pertama adalah orientasi pada *Profit* yaitu mencari keuntungan sebesar-besarnya.

  1. Yaitu penulis dari awal memang memiliki niat menulis untuk mencari keuntungan, manambah income atau bisa jadi sebagai sumber mata pencaharian. Hal ini boleh-boleh saja yang terpenting penulis harus mengikuti trend pasar dan keinginan penerbit. Jika penulis hanya mengikuti selera nya sendiri dalam menulis maka tujuan untuk mendapatkan profit akan sulit untuk dicapai.
  2.       Motivasi kedua *Nirlaba* alias tidak mencari keuntungan, di sini penulis hanya sekedar mengapresiasikan hobinya saja. Penulis hanya sekedar menulis peristiwa yang kejadianya hanya singkat seperti peristiwa alam, gempa bumi, tsunami atau  biographi sendiri. Jika tulisannya seperti ini maka tulisanya akan sulit di terima di penerbit mayor sehingga bentuk tulisan seperti ini bisa di cetak sendiri, bayar sendiri,baca sendiri dan syukur-syukur ada teman yang tertarik untuk membacanya.
  3. Motivasi ke-3 branding/Promosi yaitu menulis  sebagai branding untuk menaikan pamor seseorang jika sudah memiliki karya tulisan. Sehingga terkesan lebih professional
  4.  Motivasi ke-4 memenuhi regulasi/akreditasi menulis karena kepentingan untuk kenaikan pangkat, yang mewajibkan seseorang untuk menulis.

Nah itulah motivasi atau alasan mengapa orang menulis. Dari ke-4 motivasi tersebut mana motivasi Bpk/ibu dalam menulis?

Semua  alasan tersebut sah-sah saja karena setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda. Ketika Bpk/ibu sudah termotivasi untuk menulis agar tulisan Bpk/ibu enak dibaca dan dilihat ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh Bpk/ibu.

Berdasarkan pengalaman saya sebagai kurator, banyak dan sering saya temukan kesalahan-kesalahan dasar Bpk/ibu ketika menulis, terutama penulis pemula.  Berikut saya data kesalahan yang sering di lakukan:

1.      Penggunaan huruf besar dan kecil yang tidak tepat.

Paragraf panjang-panjang.

Penggunaan tanda baca seperti (titik, koma, titik dua, setrip-tanda petik dsb).

Kata baku.

Penggunaan kata yang tidak efektif.

Penggunaan istilah asing.

Penggunaan kata depan di.

 

Bapak/ibu kita belajar bersama-sama ya!. Jika masih ada kekeliruan dari penyampaian materi saya, maka kesalahan itu murni dari saya pribadi.

Yang pertama penggunaan huruf kapital/ besar :

1.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.

Contoh : Dia sedang menulis.

                Hari ini pelaksanaan simulasi UBKD.

2.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.

Contoh :    Sukarno

                     Dayang Sumbi

                     Raden Ajeng Kartini

                    Pangeran Diponegoro

3.       Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.

Contoh : “Ayo kita pulang Bu!” Rengek Joni pada ibunya.

                               "Mereka berhasil meraih medali emas," katanya.

4.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.

Contoh: Islam, Alquran, Kristen, Alkitab, Hindu, Weda

-          Allah selalu bersama hamba-Nya.

-          Bimbinglah hamba- Mu ya Tuhan.

 

5.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

Contoh : Saya telah membaca buku Merajut Asa Sejak Belia.

                Tulisan itu di muat dalam koran Radar Bali.

6.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.

Contoh : S.H. = Sarjana Hukum

                  S.Kom. = Sarjana Komputer

                 Dt.         = Datuk

                 Tb.       = Tubagus

Nah itu sebagian contoh penggunaan huruf kapital, untuk melihat lebih lengkap bisak kita googling di internet. https://puebi.readthedocs.io/en/latest/huruf/huruf-kapital/

 

Kesalahan ke-2 yang sering di lakukan oleh penulis pemula adalah *paragraf yang panjang-panjang*. Sedikit titik dan terlalu banyak koma.

-          Ketika Bpk/ibu menulis, paragraf ini sangat penting menjadi perhatian utama.

Bapak/ibu harus bisa membedakan penulisan di media sosial , blog dengan penulisan di buku.

Jika penulisan di blog atau media sosial seperti WA. Bpk/ ibu setiap menulis 2 kalimat atau 3 kalimat sudah bisa membuat paragrap baru.

 

Hal ini dikarenakan di media sosial orang hanya memiliki waktu 3 menit untuk memutuskan apakah mereka akan melanjutkan bacaannya atau tidak.

Jika kita sudah salah di awal dengan membuat paragraf yang panjang-panjang,  pasti orang lain yang berminat membaca tulisan kita hanya sedikit.

 

Coba kita perhatikan kisah inspirasi atau nasehat yang sering kita dapat di group WA pasti paraggrafnya tidak panjang-panjang dan biasanya kita juga selesai membacanya, karena selain isi , cara penulisan juga sangat mempengaruhi.

 

-          Untuk penulisan di buku Bpk/ibu harus menyesuaikan, tidak mesti 2 kalimat sudah paragraf baru. Jika mengikuti aturan isi kalimat dalam paragraf itu mulai dari 1 hinga 10 kalimat. Usahakan tidak melebihi 7 baris.

 

Ke-3 yang sering ditemukan adalah penggunaan *Tanda Baca*. Saya pernah mengedit naskah yang kesalahannya cukup sepele yaitu tanda baca, tapi karena banyak lumayan bikin kesel ya.

1.       Contoh : sama sama (seharusnya sama-sama) dan itu hampir semua kata pengulangan tidak diberi tanda (-).

2.      Penggunaan titik, koma harus diperhatikan, karena akan mempengaruhi penulisan kalimat selanjutnya. Jika kalimat baru maka awalnya harus huruf besar, jika tidak masih huruf kecil. Di sini penulis yang tidak memperhatikan ini maka penggunaan huruf kapitalnya jadi tidak tepat.

3.      Untuk kalimat langsung menggunakan tanda *“ “* dan harus paragraf baru.

Jadi setiap kalimat langsung terutama percakapan itu haru paragraf baru,

Contoh :

“Dis kalau aku bagaimana?” Celetuk Jeni murid kelas 11 yang tidak begitu akrab dengannya.

“Aku, juga gimana Gadis?” Sahut Dinda dengan pertanyaan sama. Gadis kebingungan ada dua orang yang berbeda jurusan tiba-tiba bertanya kepadanya.

“Ayo dong Gadis! Kalau aku orangnya gimana? Katanya kamu bisa membaca sifat orang” Jeni memaksa.

 *ke-4* penggunaan *Kata Baku*. Penggunaan kata baku di dalam tulisan itu penting ya Bpk/ibu.

Sering ditemukan kesalahan penggunaan kata baku seperti (fikir, sholat, paragrap) yang seharusnya (pikir, salat, paragraf).

Untuk mengecek kata baku Bpk/ ibu bisa menginstal aplikasi (KKBI V) di hp masing-masing.

Cara penggunaanya pun cukup mudah setelah terinstall Bpk/Ibu tinggal mengetikan kata misal fikir jika tidak ditemukan maka kata yang kita tulis itu bukan kata baku. Jika ditemukan kata yang kita tulis adalah kata baku.

 

 

 

*Ke-5* *Banyak ditemukan kata yang tidak efektif*.

Ini sering sekali terjadi, terkadang saya juga masih melakukan kesalahan tsb. Hal ini akan mempengaruhi tulisan kita. Menjadi kurang enak di baca.

 

Contoh : Dia mau akan datang pada sore ini.

Seharusnya cukup pilih salah satu saja mau atau akan.

 

Selain itu penggunaan kata yang, dan  terlalu banyak.

Yang, dan di awal kalimat (jangan digunakan lagi ya!)

 

*Ke-6 penggunaan Istilah Asing*

Jika Bpk/ibu menggunakan istilah asing di dalam tulisan baik itu bhs Inggris, bahasa daerah dll. Tulisan asing tersebut harus di cetak miring

 

            *Yang ke-7 Penggunaan kata depan Di*

PENULISAN DI DIGABUNG/DIRANGKAI KALAU:

1. Kata di- menunjukkan fungsi sebagai imbuhan.

2. Kata di- diikuti dengan pembentuk kata kerja pasif. Artinya, penulisan di jenis ini dinilai tepat jika kata kerja pasif bisa diubah menjadi kata kerja aktif (dengan imbuhan me-).

Contoh : ditinggalkan (bisa diubah jadi meninggalkan), ditulis (bisa diubah jadi menulis), diingat (bisa diubah jadi mengingat).

 

*PENULISAN DI DIPISAH KALAU:*

1. Kata di menunjukkan fungsi sebagai kata depan. Namanya juga kata depan, berarti ia harus dipisah dari kata belakang.

2. Kata di diikuti dengan kata lain selain kata-kata pembentuk kata kerja pasif. Kata di jenis ini bisa diikuti dengan nama tempat, waktu, nama orang, penunjuk lokasi, dan lain sebagainya, serta tidak bisa diubah menjadi kata kerja aktif.

Contoh: di sini (tidak bisa diubah jadi menyini), di siang hari (tidak bisa diubah jadi menyiang hari), di dirimu (tidak bisa diubah jadi mendirimu

Kesimpulannaya Di sebagai imbuhan + kata kerja (maka penulisannya serangkai) selain itu terpisah.

  

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah indahnya pemandangan di Nusa Dua!

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Saya hadir waktu itu Bu...
    TErimakasih Ilmunya Bu
    Sehat selalu

    BalasHapus
  2. Terima kasih bu Rita ilmunya. Kalau menulis pentigraf di blog kan tdk bisa 2-3 kalimat per paragraf, bgmn solusinya ya bu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pake gaya selingkung sj, klw sy gk terlalu mikir pentigrafnya klw nulis di blog. Yg pentg enak di baca aja.

      Hapus