K |
apal
Pelni tujuan Tanjung Priok ke Pelabuhan Kijang telah dibuka. Penumpang kelas
ekonomi berebut masuk berlarian mencari tempat ternyaman. Kelas ekonomi memang
kelas yang paling ramai. Banyak calo tiket bahkan fasilitas kasur ekonomi pun
ada calonya yang menawarkan kasur plastik berwarna hitam, sejatinya milik Pelni
yang disediakan untuk penumpang.
Tiara
bergegas masuk. Ia bersama Tina ingin pulang ke kampung halaman karena liburan
semester. Liburan panjang membuat penumpang membludak. Alhamdulillah Tiara dan
Tina mendapatkan tempat untuk istirahatnya selama 24 jama di kapal ini. Berada
di kelas ekonomi membuatnya harus siap bercampur dengan sesama penumpang baik
itu pria, wanita, anak-anak, tua dan muda.
Sesekali
Tiara teringat dengan film Titanic bagaimana penumpang kelas ekonomi saling berebutan masuk dengan berdesak-desakan. Begitu juga yang di alaminya saat itu.
Tiara
dan Tina mendapatkan tempat yang cukup nyaman. Walaupun bergabung dengan
penumpang lain, setidaknya di samping kiri dan kanannya sesama wanita.
Tiara
mabuk laut, seharian jika di kapal ia tidak kemana-mana, kecuali ketika jadwal
makan dan salat. Selebihnya ia hanya berbaring di atas kasur apatah lagi jika
ombak besar.
“Tir, ambil makan yuk?” ajak Tina
“Nggak
ah, aku pusing,” ucap Tiara sambil mengusap minyak kayu putih di keningnya.
Berbeda
dengan Tina, ia tidak mabuk laut, semua makanan bisa dimakannya dengan lahap.
Jika bosan ia akan berkeliling kapal mulai dari dek paling bawah hingga paling
atas.
“uweeeek” udah kesekian kali Tiara mengeluarkan isi
perutnya.
“Aku
salat dulu ya?” sahut Tina.
“Ia,
aku bentar lagi nyusul masih pusing,” balas Tiara.
Tina
menuju ke Musala yang berada pada lantai paling atas.
Tiara
mulai enakan. Ia sedikit memaksakan dirinya untuk bergerak menuju ke
Musala. Jalan menuju Musala melalui
beberapa tingkat. Tiara memilih jalan di luar sambil menghirup udara dan angin
yang berhembus sangat kencang.
Salat
di atas kapal terasa sama seperti salat di daratan jika ombak tenang. Tiara
tidak melihat Tina, ia berpikir jika Tina telah selesai dan kembali ke tempat
tidurnya. Tiara kembali ke tempat istirahatnya, Tina masih belum terlihat.
Sudah 3 jam berlalu Tina juga belum kembali.
“Tir.....,
Tir aku takut Tir....,” teriak Tina pada Tiara.
“Serem
Tir...serem...,” lanjutnya.
“Ada
apa Tin?”
“Aku
tadi Tin, bertemu sama orang di luar Musala. Dia ngajak ngobrol.”
“Teru...s?”
Tiara penasaran
“Terus,
dia ngajak nikah,” Tina menerangkan dengan cemas dan terbata-bata.
“Aku,
langsung kabur,” sambungnya.
“Masak,
orang nggak kenal langsung ajak nikah.”
Belum
selesai Tina menjelaskan ada teriakan seorang wanita dari jarak 6 meter.
“Uangku...uangku....uangku di copet,” teriak
seorang wanita yang baru keluar dari kamar mandi.
Orang-orang
mulai berkumpul mendekatiknya.
“Makanya
Bu, kalau di kapal itu harus hati-hati, memang banyak copet,” teriak seorang
pria dari kejauhan sambil mengeluarkan asap rokok dari mulutnya.
Tiara
hanya diam di tempat sambil mendengarkan obrolan ibu di sebelah ternyata wanita
yang kecopetan itu TKW yang baru pulang dari Malaysia. Uang yang kehilangan
sekitar 20 juta.
Banyak
orang yang menenangkan si ibu. Yang pasti uangnya telah hilang. Uang jerih
payahnya bekerja di negeri seberang dan ingin pulang ke kampung halaman dengan harapan
memberi kebahagian kini terasa pupus.
***
Malam menjelang, semua orang sudah
sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sebagian ibu-ibu di deretan Tiara sedang
memperhatikan acara final pemilihan Puteri Indonesia tahun 2002.
“Ayo,
Melanie harumkan namo Sumatera Barat,” ucap salah satu ibu dengan semangat
menyaksikan dukungannya terhadap perwakilan Puteri Indonesia dari Sumbar itu.
Mendengar
kehebohan si ibu yang berbadan tambun membuat penumpang lain menoleh ke arah TV
usang yang bertengger di atas rak TV kelas ekonomi.
“Hore Sumatra Barat manang.” Teriak seorang
ibu yang antusias memperhatikan siaran final pemilihan Puteri Indonesia sejak 2
jam lalu.
Mata
Tiara sudah tidak fokus beberapa kali ia menahan kantuk. Ia melihat Tina sudah
terlelap tidur.
Tiara
pun mulai tidur, 15 menit terlelap ia mendengar tangisan Balita. Awalnya ia
tidak menghiraukan mungkin orang tua si Balita sedang membuat susu untuk anaknya.
Akan
tetapi lama sekali tangisan itu tidak berhenti. Tiara membuka mata memperhatikan sekitarnya. Penumpang telah banyak yang tidur. Terlihat seorang pria sedang duduk merokok sambil bersenandung.
Tiara
menoleh ke kiri terlihat seorang ibu muda sedang meninabobokan bayinya sambil
di buay dipelukannya.
Tiara
kembali tidur, belum terlelap.
“Skak........,
habis lah kau.......”
Rita Wati
Naskah hari ke-3
4 Komentar
Pasti kena copet lagi ya?
BalasHapusKira- kira gimna bunda
HapusWaahh..saya belum pernah naik kapal Bun..membaca tulisan Bu Rita jadi membayangkan..
BalasHapusAyo bu ke Bali bisa naik kapal
Hapus