Tetaplah Memberi Tanpa Mengingat dan Menerima Tanpa Melupakan -Uknown-
Tiara
menatap ibunya.
Batinnya
galau.
“Tir,
cepat ambilkan baju kaos baru yang Amak belikan kemarin!” pinta ibu kepada
Tiara.
Tiara
menuju ke kamar. Langkahnya lamban.
Ia
masih berpikir. Baju itu baru saja di beli ibu untuknya dua hari lalu.
Betapa
senangnya Tiara ketika itu. Sudah lama sekali ia tidak dibelikan baju baru.
Tiara
pun sudah memiliki jadwal untuk mengenakannya.
Hari Minggu,
ia sudah janjian jogging bersama
teman-temannya.
Imajinasinya
bermain dipikiran. Bahagia terpancar dari rona wajahnya. Mengenakan baju baru sambil
berolah raga bersama teman-teman, alangkah senangnya.
“Cepat,
Tir ini Tiara sudah kedinginan.”
Tiara
anak Tante Dini, memiliki nama yang sama dengannya.
Tiara
membuka lemari, sambil memandangi semua baju-bajunya. Tidak ada yang baru,
semua sudah kusam. Bahkan sudah banyak yang tidak layak pakai.
Merasa
Tiara sangat lama mengambil baju, Ibu menyusulnya ke kamar. Ibu menatap Tiara.
Terlihat raut wajah yang sedih.
“Ini Amak pinjam dulu, untuk Tiara anak Tante Dini. Dia kehujanan, bajunya basah
kuyup, kasihankan?” Ibu memberi pemahaman kepada Tiara.
“Nanti, Amak belikan lagi ya!”
Tante
Dini sedang bertamu ke rumah Tiara. Ia ingin mengundang Ibu Tiara di acara
tasyakuran anaknya yang sudah lulus kuliah.
Tiara
mengangguk, baju kaos dengan karakter dorameon berwarna biru ia berikan kepada
Ibunya untuk Tiara anak Tante Dini yang sama-sama duduk di kelas 5 SD. Umurnya hanya terpaut tiga bulan.
Hujan reda Tante Dini pamit pulang.
“Tir, bajunya Tante pinjam dulu ya!”
“Tidak usah, buat Tiara saja, sebagai
hadiah,” jawab Ibu Tiara kepada Tante Dini.
“Ooh, terimakasih kalau gitu.”
***
Sudah dua bulan, Ibu belum juga membelikan baju baru pengganti untuk Tiara. Tiara tidak berani menanyakan kepada ibunya .
Suatu hari ibu ingin
mengajak Tiara ke pasar.
“Tir,
ayo kita ke pasar!”
“Mau,
ngapain Mak?” jawab Tiara penasaran
“Kita beli baju baru ya!”
Tiara senang dan bahagia sekali. Hari itu ia akan dibelikan baju baru oleh ibunya. Tiara pun bersiap-siap.
“Assalamualaikum,” ada suara sayup terdengar dari pintu
masuk rumah Tiara.
“Waalaikumsalam,” sahut Ibu Tiara
Ada tamu yang berkunjung. Ternyata Tek
Zaenab.
“Kak, mohon maaf sebelumnya,” Tek Zaenab membuka pembicaraan.
“Saya
perlu uang Kak, untuk beli beras. Saya sudah kebingungan, jika berhutang di
warung sudah tidak ada penjual yang bersedia dihutangi,” sambungnya lagi.
Ibu Tiara berpikir sejenak, uang yang ada sebenarnya hanya cukup untuk membeli baju Tiara. Akhirnya
Ibu memutuskan uang itu diberikan kepada Tek Zaenab.
Sepulang
Tek Zaenab ibu memberi penjelasan kepada Tiara.
“Amak,
minta maaf yo? Ada yang lebih memerlukan.”
Tiara
hanya diam dan mengangguk.
***
Keesokan
hari.
“Assalamualaikum,”
“Walaikumsalam,”
ucap Tiara sambil membuka pintu.
Rupanya Tante Dini datang berkunjung
ke rumah Tiara.
“Tiara, ini untuk Tiara,” ucap Tante
Dini sambil menyerahkan sebuah kotak yang di bungkus dengan kertas motif doraemon berwarna biru.
“Terimakasih Tante.”
"Waduh, kok repot-repot Din," ucap Ibu Tiara kepada Tante Dini.
Tiara menuju ke kamar. Ia sudah tidak sabar membuka bingkisan dari Tante Dini. Seketika rona bahagia terpancar dari wajahnya.
Jembrana, 9 Februari 2020
Naskah Lomba hari ke-9
NPA:22010300468
8 Komentar
Selalu ada makna dibalik ceritanya, pengen banget bisa buat seperti ini.....🙏
BalasHapusTerimakasih bunda, Insyaallah bisa
HapusTerharuuu kereen euuy tulisannya, membuatkuuh terkaca kaca 😃
BalasHapusTerimakasih Ma'e
HapusSenangnya dpt hadiah ya
BalasHapussenang sekali pasti bu ya, apalagi anak'
HapusCeeita yg menginspirasi. Kejadian seperti ini bukan hanya dlm cerita. Krn bnuknorang yg pernah mengalaminya, termasuk saya..
BalasHapusBenar bu kejadian yang banyak di alami oleh orang
Hapus