Hari ini ibu Tiara memasak spesial
ikan bakar sambal lado hijau. Tiara sudah menduga pasti akan ada tamu ‘pria asing’.
Itulah yang ada di dalam pikirannya. Padahal tamu asing menurut Tiara itu
adalah ayah kandungnya sendiri.
Ibunya akan memasak kesukaan ayahnya.
Tiara sudah hafal jika ibunya memasak ikan bakar sambal lado hijau dan
meletakkan nasi di mangkok kaca dan ditutup dengan piring kaca dan diletakkan di
bawah bantal agar nasi tetap hangat pasti ayahnya akan pulang.
Jarang pulang karena pekerjaan membuat
Tiara sangat jarang bertemu dengan ayahnya. Sehingga ketika ayahnya kembali
dari kerjaan ia selalu bersembunyi ataupun selalu menjauh karena merasa asing.
Seiring berjalan waktu Tiara sudah mulai mengenal ayahnya. Akan tetapi masih merasa kikuk ketika ingin berkomunikasi dan meminta sesuatu kepada ayahnya.
Berbeda dengan saudaranya yang lain jika
ayah pulang maka semua keinginan apalagi ada barang yang rusak maka mereka segera melapor ke ayah
agar segera digantikan dengan yang baru, karena jika tidak maka akan menunggu
lebih lama lagi.
“Yah, sepatu sekolahku sudah rusak,
baju sudah mulai kekecilan,” ucap Susi melapor kepada ayahnya.
“Ya, nanti beli yang baru.”
Sepatu Tiara juga sudah rusak bagian
telapak kaki sudah hampir lepas. Tapi ia tidak berani untuk mengatakan kepada
ayahnya. Ia pun meminta Susi agar menyampaikan kepada ayah jika sepatunya juga
rusak dan ingin dibelikan yang baru.
“Kak sus, kasih tahu dong sama ayah,
sepatuku juga rusak,” Tiara memohon kepada Susi agar menyampaikan kepada
ayahnya.
“Nggak mau, ngomong sendiri. Nanti
ayah bilang cuma aku yang suka minta-minta!”
Saat itu Tiara juga masih belum punya
keberanian untuk mengatakan secara langsung kepada ayahnya.
Ayah Tiara memiliki prinsip jika ada
yang ingin meminta agar menyampaikan secara langsung.
Seminggu berada di rumah. Ayah Tiara kembali akan berangkat untuk berdagang kembali kepulau. Dipastikan paling cepat 1 bulan ayahnya baru pulang ke rumah.
Tiara dan saudara-saudaranya
ditinggalkan uang untuk SPP dan jajan sekolahnya untuk sebulan. Sejak kelas 6
SD Tiara dan saudara-saudaranya sudah mulai diberi uang bulanan dari ayahnya
agar mereka bisa belajar mengelola uang jajan masing-masing.
“Tir, ini uang SPP dan uang jajanmu
selama sebulan!”
Ayah memberikan uang Rp.15.000,- kepada Tiara. Saat itu uang belanja Tiara per hari Rp.300,- sedangkan SPPnya Rp.3.000,- per bulan.
Selebihnya uang tidak terduga jika Tiara
mendapatkan pelajaran tambahan di sekolah. Jika Tiara bisa berhemat maka ia
akan bisa menabung dari sisa uang belanja yang diberikan oleh ayahnya.
Saat
mengambil uang ingin sekali ia mengatakan jika sepatunya juga sudah rusak, tapi
sampai detik ayahnya berangkat ia masih belum berani untuk mengatakannya.
***
Senin pagi Tiara bangun lebih awal agar tidak terlambat berangkat ke sekolah karena rutinitas kegiatal apel upacara bendera. Setelah mandi dan berpakaian rapi Tiara tinggal memakai sepatu.
Saat itu ia mencari sepatunya tapi tidak ketemu
padahal sudah ia siapkan sejak tadi malam. Walaupun sudah hampir rusak tetap ia cuci.
Ia
mencari kemana-mana tapi tetap tidak ditemukan. Ia pun bertanya kepada ibunya.
“Mak,
mana sepatu Tiara?”
“Itu
di atas rak sepatu!”
Tiara
melihat di rak, ia tidak menemukan sepatunya di sana.
“Nggak
ada Mak,” teriaknya.
“Itu
yang di dalam kotak."
Tiara
segera membuka kotak yang disebutkan oleh ibunya. Dalam pikirannya mengapa juga ibunya memasukan
sepatu jeleknya ke dalam kotak. Ia pun segera membuka kotak berwarna
coklat tersebut.
Binar
mata terpancar dalam rona. Tiara tertegun sepatu baru yang tidak berani ia
minta, kini sudah berada dihadapannya.
1 Komentar
Terharuuu ngena bingiit hii
BalasHapus