“Adikmu
mau daftar kemana? Ini hari terakhir UMPTN.” Ucap Roni pada Dodi.
“Dia maunya jurusan Bahasa Inggris,” jawab Dodi.
“Nah, segera putuskan kalau mau daftar UGM, sekarang hari
terakhir. Sudah jam satu lagi.
Dodi dan Tiara baru tiba di Kota Pelajar tadi pagi.
Perjalanan mereka dari Pelabuhan Kijang ke Tanjung Priok dan di sambung dengan kereta
dari Stasiun Gambir ke Stasiun Tugu Jogja membuat mereka masih kelelahan.
Tiara baru menginjak usia 18 tahun. Remaja hitam manis dengan postur mungil itu
benar-benar kebingungan. Informasi yang ia dapatkan untuk masuk ke Perguruan
Tinggi sangatlah minim.
“Ayo! Putuskan mau mendaftar UMPTN nggak,” tanya Roni ingin
memastikan apakah adik sahabatnya ingin mendaftar di Universitas bergengsi yang
ada di Yogyakarta
“Nggak usahlah, besok aja cari kampus lain, masih capek,
waktu juga mepet.”
Waktu mepet, raga lelah membuat Dodi memutuskan adiknya
tidak ikut UMPTN. Tiara hanya manut saja dengan keputusan kakaknya. Saat itu
Tiara hanya bergantung pada keputusan Dodi.
Di Kota Gudeg ini Tiara tidak memiliki saudara. Dodi kakak
Tiara hanya mengenal seorang temannya ketika SMA dulu Roni. Mereka pun
menumpang di kos-kosan Roni sampai Tiara mendapatkan kampus dan kos.
Romi mengontrak sebuah rumah di kawasan Jetis. Rumah semi permanen terdiri dari 4 kamar yang dihuni oleh teman-temannya
Roni. Ada yang dari Medan, Samarinda dan Jambi.
Kebetulan saat itu ada kamar kosong, kamar teman Bang Roni
yang baru pulang ke kampung karena liburan semester. Tiara diberi tumpangan untuk menginap di kamar itu.
Tiara masuk ke kamar pria yang sama sekali tidak ia kenal.
Kasur setebal 20 cm dengan seprei berwarna putih tertata rapi di kamar dengan
ukuran 2,5 x3 meter. Tiara memperhatikan seluruh isi kamar. Ada jaket yang
tergantung dan guntingan foto yang tertempel di kaca. Tiara memastikan pria
yang ada di foto itulah pemilik kamar yang ia tumpangi saat itu.
Kelelahannya tak terbendung, Tiara tertidur pulas. Dalam
hatinya ia mengucapkan terimakasih kepada pemilik kamar yang tidak ia kenal.
***
Tetaplah
menjadi bintang di langit
Agar
kita tetap akan abadi
Tape usang yang dimodifikasi oleh Bang Roni terlihat sangat
keren. Alunan musik Padi setiap saat berulang-ulang terputar secara otomatis.
Otak bekerja sehingga lagu-lagu padi menjadi liar di kepala Tiara.
Tiara tidak tahu apa yang dikerjakan oleh para penghuni
kamar masing-masing. Sejak menumpang di sana Tiara tidak pernah masuk ke kamar
lain kecuali kamar yang ia tumpangi termasuk kamar Roni.
Prinsipnya jika wanita masuk ke kamar laki-laki itu tidak
sopan. Entahlah dari mana ia mendapatkan petuah itu. Yang pasti ia pegang
erat-erat kalimat tersebut.
Dodi kakak Tiara yang tidur bersama Roni terbangun. Dodi
memperhatikan kegiatan anak-anak kos di situ. Semua memiliki komputer dan
rata-rata dari mereka pada asyik bermain games sepak bola. Ada juga sebagian
yang sedang merakit komputer.
Dodi terkesan sehingga ia menawarkan kepada Tiara untuk
masuk ke jurusan Informatika.
“Tir, gimana mau daftar jurusan apa?” Tanya Dodi kepada
Tiara.
“Bahasa Inggris,” jawab Tiara.
“Mau jadi apa kalau ambil jurusan itu? Masak anak cewek mau
jadi guide?” Itulah ucapan Dodi yang
hanya menamatkan sekolah hingga jenjang SMA. Saat itu ia beranggapan jurusan
Bhs. Inggris hanya akan menjadi guide.
“Jurusan komputer aja, coba lihat mereka bisa main games,”
ujarnya lagi.
Tiara menggerakan dagunya tanda ia menyetujui.
***
Kumandang azan subuh terdengar jelas
di kosan Roni. Tiara terjaga dan segera ia keluar kamar ingin mengambil air
wudu. Saat keluar ia melihat ada sandal wanita di sebelah kamar Roni. Tiara
bertanya-tanya siapakah gerangan wanita yang ada di kamar tersebut. Tiara tidak
enak hati mengapa wanita itu tidak diajak menginap bersama Tiara.
Pagi pukul 9 si wanita yang berada di
kamar sebelah Roni keluar. Tiara mengira jika wanita tersebut adalah adik dari
temannya Roni sehingga ia berpikir wajar saja ia menginap sekamar dengan
kakaknya.
“Halo Mbak,” Tiara menyapa.
“Hai, darimana,”
“Saya dari Riau Mbak.”
“Wuih jauh yah, mau daftar kuliah ya?”
“Iya Mbak. Mbaknya dari mana?”
“Wah, aku dari Kalbar.”
“Mbak kuliah juga di sini, udah
semester berapa?”
“Ooh aku cuma main ke sini. Biasa mau
ketemu sama pacarku.” Ucap si gadis tersebut dengan rona ceria. Menganggap hal
itu suatu yang lumrah.
Tapi tidak bagi Tiara, ia termangu ada
seorang gadis jauh-jauh datang hanya ingin bertemu dengan pacarnya.
“Perutku nggak enak nih, keik kembung,”
ucap gadis berambut panjang itu sambil menepuk-nepuk perutnya.
“Masuk angin kali Mbak,” ucap tiara.
“Aku ke kamar dulu ya.”
“Iii ya Mbak,” jawab Tiara.
Perasaan Tiara tidak menentu. Ada
seorang wanita yang bukan muhrim berada di kamar pria. Ingin sekali ia mengajak
wanita itu untuk menginap di kamar yang ia tumpangi.
***
Akhirnya
Tiara mendaftar di Jurusan Informatika seperti teman-teman Roni. Dodi hanya
bisa menemani Tiara hingga 2 hari saja, karena masih ada urusan lain yang harus
ia kerjakan. Dodi meminta Roni untuk
mencarikan kos untuk adiknya.
Tiara mulai resah. Ketika ada Dodi kakaknya ia merasa tidak
ada khawatir sekalipun. Ia merasa masih ada saudara yang menemaninya. Ketika
Dodi mengatakan mau berangkat pulang Tiara sudah mulai resah. Ia mulai cemas,
bagaimana nanti keadaannya ketika ditinggal kakaknya Dodi.
Siang itu ada wanita berjilbab coklat melintasi kos Roni.
“Assalamualaikum Mbak..”
“Walaikumsalam,” si wanita menjawab sambil tersenyum dan
menunduk.
“Mbak, ada info kos kosong nggak,” tanya Roni.
Wanita itu sedikit kaget dengan pertanyaan Roni.
“Bukan untuk saya, untuk adik saya,”Roni memberi
penjelasan.
“Ada, jika mau bisa saya antarkan.”
Tiara mengikuti wanita berjilbab rapi itu.
“Namanya siapa?”
“Tiara, Mbak.”
“Saya, Umi”
Tiara tiba di kosan Mbak Umi. Suasana asri, penghuni kos
sangat bersahabat mereka sangat welcome dengan kedatangan Tiara. Tiara pun
memutuskan untuk mengekos di sana.
Setelah
mendapatkan kos Tiara pamit kepada Roni teman kakaknya Dodi yang telah dianggap
sebagai kakaknya di perantauan.
“Bang, Tiara
pamit ya, sudah dapat kos, terimakasih sudah diberi tumpangan.”
“Iya, nanti
kalau ada apa-apa kasih tahu abang ya. Hati-hati selama di kos jaga diri,
jangan sampai belum dapat ijazah sudah ijabsah.” Roni menasehati Tiara.
“Iya, Bang,”
sahut Tiara sambil berlalu dari kos Roni.
Jembrana, 13 Februari 2021
Naskah Lomba hari ke-13
NPA : 22010300468
0 Komentar