Tiara melihat ada parang yang
tergeletak dengan kelapa yang belum selesai dikupas ia pun melakukan aksinya
seperti apa yang ibunya lakukan.
Tok...tok..., ia memukulkan parang ke arah
kelapa, kelapa bergelinding karena tidak ada yang menahan.
“Tir jangan main ladiang (parang),” ucap Ibu
kepada Tiara yang mendengar ketokan dari belakang rumahnya.
Tiara tetap saja masih ingin melakukannya.
Saat itu ia pun memegang kelapa dengan tangan kiri agar kelapa tidak
menggelinding dan tangan kanan untuk memegang parang yang akan ia gunakan untuk
mengupas kelapa.
Sebelum melakukan aksinya, awalnya ia
sudah berpikir jika tangan kirinya memegang kelapa terus tangan kanan memukul
kelapanya jika salah arah maka tangan kirinya bisa terkena benda tajam yang cukup besar itu.
Tapi pikiran itu ia abaikan karena
semangat untuk mencobanya sangat tinggi sekali.
“Tok....tok. Tok...tok....aaaaaaaduuuuuuuh,” teriaknya.
Benar saja parang yang ia niatkan pukul ke arah kelapa meleset mengenai jempol
kirinya.
Darah berceceran jempol kiri tiara
terluka. Kulit yang menutupi jempol kirinya terkelupas hingga terlihat tulang.
“Manga
kau Tiara...., indak mandanga kece Amak.” (Mengapa kamu Tiara,
tidak mendengar cakap ibu).
***
Hujan turun dengan derasnya. Ibu Tiara
mulai menampung air. Saat itu di rumah Tiara belum ada sumur. Maka ketika hujan
turun ibu menampung air sebanyak-banyaknya.
Tiara pun mengikuti Dodi yang bermain
hujan. Teras rumah Tiara belum di keramik. Hanya sekedar di semen halus. Dodi
bermain plesetan sambil bermain hujan-hujanan.
Tiara melakukan seperti apa yang
saudaranya lakukan. Ia pun bermain plesetan di teras rumahnya. Dodi tidak
mengenakan baju sehingga sekali beraksi pelesetannya cukup melesat jauh.
Berbeda dengan Tiara karena mengenakan baju pelesetannya tidak jauh hanya
jarak 1 meter ia sudah berhenti.
Pelesetan yang mereka main adalah pada
posisi telungkup dengan kaki yang menjadi sebagai tolakan awal saat memulainya.
Tiara terus mencoba agar lebih jauh lagi. Ia pun meminta tolong Dodi untuk mendorongnya agar melesat jauh. Tiara sudah sangat siap di dorong Dodi.
"Satu...,dua...ti....ga." Dodi mendorong Tiara dengan kekuatan penuh.
Tiara girang ia meluncur sangat kencang dan lebih jauh dari aksinya ketika tidak didorong. Akan tetapi karena terlalu kencang dorongan yang Dodi lakukan ia pun tidak bisa mengerem dan berakhir dengan kepala terbentur tembok.
0 Komentar