“Mbak Tiara dan Mbak Renata saya tunjuk
mewakili TPA untuk mengikuti pelatihan guru TPA di Kotagede,” ungkap Agus ketua
TPA Masjid Al-Falah.
“Pelaksanaannya
kapan?” tanya Tiara.
“Sabtu
besok, untuk biaya administrasi sudah ditanggung sama TPA.”
“Wah
mendadak sekali,” sela Tiara.
“Iya...
Mbak Tiara dan Mbak Renata segera bersiap-siap. Memang udangannya mendadak baru
dikirim tadi pagi sama penyelenggaranya.”
Agus menerangkan.
“Berapa
hari Mas, pelatihannya?” Renata bertanya kepada Agus.
“4
Hari, untuk akomodasi, makan sudah disediakan oleh panitia. Ayo segera bersiap-siap!”
Tiara dan
Renata kembali ke kosnya masing-masing. Melihat Tiara tergopoh-gopoh Mbak Sri
yang satu kos dengan Tiara menjadi penasaran.
“Ada
apa Tir, kelihatannya keik buru-buru?”
“Iya
Mbak Sri, ini dapat tugas ikut pelatihan di Kotagede,” jawab Tiara.
“Pelatihan
apa?”
“Pelatihan
peningkatan kualitas pengajar TPA Mbak,” jawab Tiara sambil membuka lemari
bajunya.
“Yang
ikut siapa aja?” lanjut Mbak Sri penasaran.
“Aku
Mbak dan Renata.”
“Wah,
padahal aku juga kepengen loh ikut pelatihan itu. Kok yang dipilih gak melalui
rembukan ya?” Mbak Sri protes.
“Aku
juga gak tahu Mbak, tadi tiba-tiba aja Mas Agus hubungi aku dan Renata memberi
kabar segera bersiap-siap.”
“Gratis
ya pelatihannya?” ucap Mbak Sri penasaran ingin mengetahui tentang pelatihan
tersebut.
“Bayar
Mbak, tapi Mas Agus bilang sudah ditanggung sama TPA.”
“Enak
banget ya?” Mbak Sri merengut seperti berharap bisa ikut dalam pelatihan itu.
“Kok,
kamu terus sih yang ditunjuk,” Mbak Sri masih protes.
“Maaf
ya Mbak, aku juga nggak tahu mengapa Mas Agus memilih aku dan Renata.”
Mbak yang ikut pelatihan ini mewakili nama
TPA. Jika Mbak Sri yang ikut, nama TPA akan dipertaruhkan. Gimana nanti tanggapan pelatih di sana jika kualitas guru
mengajinya seperti ini. Mbak Sri bacaan Alquran mu belum lancar.
Tiara
berkata di dalam hatinya. Tiara tidak menyadari jika di hatinya sudah terbesit kesombongan.
“Mbak Sri aku minta tolong ya! Anterin ke lokasi acara.” Saat itu Tiara tidak bisa mengendarai motor dan Mbak Sri pun bersedia mengantar Tiara ke lokasi pelatihan.
***
Tiara
telah sampai di Kotagede. Mbak Sri mengucapkan selamat menempuh pelatihan
kepada Tiara dan Renata. Tidak lupa Tiara mengingatkan kepada Mbak Sri untuk
menjemputnya kembali 4 hari kemudian.
Pelatihan
dimulai di Kotagede di pondok K.H. As’ad Human Sang penemu metode baca Alquran
yaitu Iqro.
Empat
hari Tiara, Renata dan seluruh ustad/ustadzah pengajar TPA di latih beberapa
metode baca Alquran seperti metode Qiroati selain itu juga belajar tahsin,
tajwid dan ilmu yang berkaitan dengan membaca Alquran lainnya.
Di hari
pertama Tiara sangat bersyukur bisa mengikuti pelatihan ini. Bagaimana tidak ia
mendapatkan tambahan ilmu yang berharga. Selama pelatihan peserta di ajak
membaca huruf hijaiyah dengan irama dan dengan pelafalan yang benar.
Seolah-olah lidah terasa semakin ringan dan enak untuk membaca Alquran.
Hari
ketiga tibalah jadwal menguji hafalan dan bacaan Alquran. Tiara berada di
kelompok B. Saat ujian tiba tanpa di sadari bacaan Tiara selalu salah, sambung
ayat juga salah, hafalan tidak fokus. Hingga tim penguji mengatakan.
“Jika
kualitas ustazahnya seperti ini, bagaimana dengan santri-santrinya?” celetuk
salah satu tim penguji.
Tiara
gagal, tiara dinyatakan tidak lulus dalam pelatihan tersebut. Ia pun menyesal
dan beristighfar sebanyak-banyaknya ketika itu. Tiara menyadari betapa
sombongnya ia terhadap Mbk Sri, ia merasa bacaan Alqurannya lebih baik dari
Mbak Sri.
Sepanjang
waktu setelah pelatihan tersebut ia selalu beristighfar dan memohon ampun kepada
Allah atas hati yang ujub.
Seminggu
setelah pelatihan Tiara pun mendaftar lomba Speech Contest di kampusnya. Saat
itu hampir setiap saat ia beristighfar masih terngiang dengan kesombongannya
minggu lalu.
Saat lomba
ia pasrahkan diri kepada Allah. Melihat peserta yang telah tampil ia sangat
salut dan kagum.
Giliran
Tiara tampil ia hanya memohon kepada Allah agar semua berjalan lancar dan memasrahkan
diri kepada Allah. Tiara pun tampil dengan sangat tenang, tidak emosi dan
menampilkan ekspresi sewajarnya.
Ada
salah satu pertanyaan dari juri yang membuatnya terkenang.
“How do you enrich your English?” juri bertanya
kepada Tiara.
“English is communication. If someone wants
to speak English fluently. Ya he or she must communicate in English everyday. No
one in my family can speak English. There are many ways to enrich my English. A
part from learning vocabulary, grammar and reading news in English and I always
listen to English song. I have one special thing that I always do when I learn English
even I have no partner to speak to, I close my door, stay in my room and I speak
in front of mirror about 20-40 minutes.”
Tiada
menyangka penyesalan yang pernah Tiara lakukan atas kesombongannya dan ia pun
menyadari dan memohon ampunan kepada Rabbi. Allah pun akhirnya meridhoinya dan
menggerakkan hati juri sehingga ia terpilih menjadi sang juara di Speech
Contest tingkat mahasiswa di kampusnya.
Jembrana
2 Februari 2021
Naskah Lomba hari ke-2
NPA:22010300468
14 Komentar
Kereen bu Rita tulisannya, yaa iblis memang selalu berusaha merusak manusia dengan bisikan untuk ujub, iblis dan sebangsannya lagi semangat²nya menarik ummat ke jalan yang Alloh murkai, semoga kita dan semua pembaca artikel ini diistikomahkan falam ketaatan kepada Alloh aamiin yaa roob
BalasHapusBenar Mae
HapusSaya suka cerita sarat makna seperti ini. Smg kita dihindarkan dr sikap2 yg tdk terpuji ini.
BalasHapusterimakasih Cikgu Tere
HapusWow. It's really something. Sejak pindah ke sekolah negeri, saya hampir tidak pernah menggunakan bahasa Inggris lagi. Jadi kangen ...
BalasHapusTapi baca postingan ini dapet tips ketjeh to enrich my English again. Dan tentu saja, agar lebih berhati-hati sehingga tidak bersikap sombong walau sedikit pun.
Terima kasih, Bu Rita.
Terimakasih Bu Ditta
HapusApa yg mau disombongkan yaa. Bahkan sombong dan rendah hati itu perbedaannya tipis.
BalasHapusTerimakasih sudah berbagi cerita Bu
Ya, tidak pantas manusia bersioap sombong
HapusBunda Rita, trimks share cerpen yg sangat mengispirasi. Betul sekali kalau kita sombong ternyata pas mau di uji tdk bisa. Padahal Mbah Tiara sdh bisa mengaji dll .Tulisan yg keren...
BalasHapusTerimakasih bunda
HapusCeritanya sangat bermakna . Dik Rita memang top
BalasHapusTerimakasih Bu Yuli
HapusSetuju sobatku,,, terkadang apa yang terlintas dalam hati malah yang akan menjadi batu sandungan untuk kita. Terima kasih tulisannya sangat menginspirasi. Semoga kita dijauhkan dari sifat sombong.
BalasHapusAamiin YRA
Hapus