Conscientious people are apt to see their duty in that which is the most painful course.
-George Eliot-
H |
ari ini Tiara masuk sekolah sebagai murid baru di SD 004. Tiara
sangat bahagia sekali mengenakan seragam merah putih. Ini hari perdananya
merasakan sekolah karena sebelumnya Tiara tidak pernah merasakan sekolah di
Taman Kanak-Kanak. Begitu juga dengan saudara-saudaranya yang lain. Semua
langsung sekolah ketingkat SD.
Tadi malam Tiara baru diajarkan oleh
ibunya bagaimana cara memegang pensil yang benar. Tiara masih kesulitan apalagi
ketika menulis huruf-huruf yang belum sama sekali ia kenal.
Keesokan pagi Tiara sudah
bersiap-siap. Tiara belum bisa mengikat tali sepatunya. Ibu membantu Tiara
mengikat tali sepatu. Tiara pun berangkat bersama Dodi. Ibunya tidak ikut
mengantar Tiara karena pekerjaan rumah yang menumpuk.
Tiara masuk ke dalam kelas. Ia pun
dengan malu-malu memilih bangku dan duduk. Di depan pintu kelas masih banyak
orang tua yang berdiri sambil memperhatikan anak-anaknya. Ada juga yang
mendampingi hingga di kelas karena masih belum terbiasa.
Bu Sri wali kelas 1 masuk ke dalam
kelas.
“Assalamualaikum wr.wb, selamat pagi
anak-anak,” ucap Bu Sri membuka kelas.
Suara siswa masih belum terdengar
mengucapkan salam hanya suara orang tua siswa yang berada di depan pintu.
“Selamat pagi anak-anak,” Bu Sri menyapa
ulang.
“Selamat pagi bu guru,” terdengar
sahutan dari beberapa siswa.
“Selamat datang semua, selamat kalian
telah menjadi siswa di SD 004. Bapak/ ibu yang tidak berkepentingan bisa
menunggu di luar kelas ya! Pelajaran akan segera dimulai.”
Seketika orang tua murid yang berada
di kelas berjalan ke luar. Terlihat ada beberapa siswa yang menagis karena tidak mau
ditinggal ibunya.
Bu Sri mendekati dan menghibur
sehingga semua siswa baru bisa berada di kelas tanpa didampingi orang tua.
“Ayo semua perhatikan ibu ya!”
“Hari ini kita belajar mengenal huruf
Abjad.”
“Ikuti ibu ya!” Bu Sri menerangkan
kepada siswa.
“A....,” ucap Bu Sri.
“Aaaaaaaa....,” siswa mengikuti
serempak.
Bu Sri memperkenalkan huruf abjad
hingga diulang berkali-kali. Setelah itu Bu Sri memanggil satu per satu siswa
untuk membacanya.
Tibalah giliran Tiara. Ia terlihat
antusias.
“A....B...,C...,D........Z,” Tiara
menyebutkan huruf abjad dengan lantang dan lancar.
“Pintaran kamu ya Tiara dari pada
kakakmu,” ucap Bu Sri yang mengenal Dodi kakak Tiara.
***
Tanpa terasa waktu berlalu hingga
ulangan catur wulan mulai dilaksanakan. Pada saat ujian untuk siswa kelas 1
soal masih dibacakan oleh guru. Tiara mendengarkan soal dengan seksama. Ujian dilaksanakan
selama 3 hari.
Setelah selesai ujian Bu Sri mulai
memeriksa hasil ulangan siswanya. Selesai koreksi 5 pelajaran. Bu Sri memberikan hasil ujian 5
pelajaran tersebut kepada siswa untuk disampaikan kepada orang tua.
Tiara melihat nilai ujiannya, ia
tercengang semua nilai ujiannya tidak ada yang bagus semua berada di bawah
angka 5. Saat itu Tiara ingat perkataan kakak tertuanya.
“Kalau nilai rapor di beri nilai 5,
itu namanya merah 1, kalau 4 merah 2, jika 3 merah 3.” Ucap saudara sulungnya.
Tiara mulai khawatir nilai ulangannya
mengapa jelek semua ada 3, 4 dan yang besar hanya 5. Tiara sangat risau
menyerahkan hasil ujian kepada orang tuanya.
Sesampai di rumah. Tiara langsung
menyerahkan nilai ujiannya kepada ibunya.
“Baa ko Tiara, pontennyo buruak kasadoe,
manga bodoh na anak amak ni.” (Bagaimana nih Tiara, nilainya jelek semua,
mengapa kok bodoh betul anak mamak ni) Ucap Ibu Tiara dengan nada kesal.
Tiara terdiam saat itu yang
terpikirkan olehnya takut tidak naik kelas. Tiara sedikit bingung wali kelasnya
sering mengucapkannnya ia pintar tapi nilai yang ia peroleh mengapa jelek.
***
Hari ini siswa-siswa akan menerima
rapor. Tiara sudah cukup was-was karena nilainya jelek. Ia khawatir nilai
rapornya banyak merah.
Bu Sri masuk kedalam kelas.
“Selamat pagi anak-anak semua.”
“Pagi Bu.”
“Hari ini pembagian rapor Cawu 1 ya.
Bagi yang juara 1 harus bisa dipertahankan. Bagi juara 2, 3 terus ditingkatkan.
Sedangkan yang banyak merah belajar lebih giat lagi.” Bu Sri memberi
penjelasan.
“Juara ke-3, Fitri Juwita Sari. Juara ke-2
Bagaskara dan Juara ke-1 adalah...Tiara.”
Tiara terheran-heran namanya disebut
sebagai juara ke-1. Bagaimana bisa padahal nilai ujiannya jelek-jelek di bawah
lima.
Tiara pun pulang ke rumah dengan hati
riang. Setibanya di rumah ia sudah tidak sabar menunjukan rapor kepada ibunya.
“Mak, ini rapor Tiara.”
“Ya, letakan saja di sana.”
Terpancar raut ibu yang tidak antusias
melihat rapor Tiara.
Jembrana, 16 Februari 2021
Naskah Lomba Hari ke-16
NPA : 22010300468
0 Komentar