Keripik Singkong


 Iman Tanpa Ilmu Bagaikan Lentera di Tangan Bayi
Namun Ilmu Tanpa Iman Bagaikan Lentera di Tangan Pencuri
-Buya Hamka-

          

S

uatu sore Tiara bermain bersama Wiwik tetangga rumah yang berada tepat di atas rumah Tiara. Hampir setiap hari Tiara bermain bersama Wiwik. Bermain lompat tali, boneka kertas, congklak dan aneka permainan lainnya yang sedang viral di era 90 an.

Wiwik berasal dari Pacitan Jawa Timur tapi orang tuanya sudah lama merantau sehingga ia lahir dan besar di Pulau Bintan.

Begitu juga dengan Tiara orang tuanya berasal dari Sumatera Barat, karena orang tuanya merantau di Pulau Gurindam dua belas ini maka ia pun lahir di sana.

Suatu hari ketika sedang bermain bersama Wiwik Tiara ingin membeli keripik singkong yang berada di Toko Aci. Keripik itu cocok di lidah Tiara dan Wiwik. Akan tetapi saat itu Tiara hanya memiliki uang 100 rupiah. Sedangkan harga sebungkus keripik singkong 100 rupiah.

          Entah dari mana Tiara mendapatkan ide. Iya menganjurkan temannya Wiwik agar mengambil keripik singkong sebungkus lalu diselipkan ke bajunya dan Tiara mengambil sebungkus keripik singkong lalu hanya membayar seharga sebungkus keripik singkong.

          “Wik, nanti ketika aku beli keripik kamu ambil 1 ya, tapi kita bayarnya cuma sebungkus,” ucap Tiara kepada Wiwik agar sahabatnya itu tetap mendapatkan sebungkus keripik singkong.

          “Iya. Tir,” jawab Wiwik.

          Mereka pun berjalan menuju ke warung Aci. Tibalah aksi mereka mengambil 2 bungkus keripik singkong akan tetapi hanya di bayar sebungkus.

          Tiara dan Wiwik tertawa bahagia aksi mereka tidak diketahui. Mereka pun dengan riang memakan keripik singkong sambil duduk santai di kursi goyang  yang berada di teras rumah  Tante Yuni.

          Saat itu masih sangat sedikit rumah yang memiliki kursi goyang akan tetapi tante Yuni sangat baik ia selalu membiarkan siapa saja yang ingin duduk di kursi goyangnya yang ada di teras rumah.

          Sehabis bermain Tiara dan Wiwik ke rumah masing-masing karena hari menjelang Maghrib waktunya mereka ke Masjid untuk belajar mengaji.

          Tiara mengaji bersama Nek Haji. Murid Nek Haji ada sekitar 10 orang termasuk dengan Tiara. Nek Haji mengajar dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Bahkan jika ada anak-anak yang datang ke Masjid selepas salat Magrib hanya bermain berlarian akan dipanggilnya untuk mengaji.

          Tapi Magrib itu Nek Haji tidak langsung mengajak anak-anak mengaji akan tetapi Nek Haji bercerita tentang hukuman orang yang mencuri.  Tiara tersentak ceramah Nek Haji serasa menampar dirinya.

“Jika ada orang mencuri, dan hasil curiannya masuk kedalam tubuh kita berupa makanan maka sebenarnya bukan makanan yang kita makan tapi daging busuk.  Hukuman bagi orang yang mencuri akan di potong tangannya.” Ucap Nek Haji menerangkan akibat orang yang mencuri.

          Tiara terperangah mendengar penjelasan dari Nek Haji. Ia merasa malu dan bersalah karena sudah berani mencuri. Ia pun bertekad untuk membayar keripik singkong yang diambil oleh Wiwik  atas sarannya tanpa membayar.

          Saat itu Tiara tidak tahu bagaimana cara harus membayarnya. Jika ia berkata jujur maka akibatnya ia akan malu bahkan orangtuanya akan mengetahui jika anaknya telah mencuri.

Lama Tiara berpikir akhirnya ia mempunyai ide keesokan pagi ketika Tiara hendak berangkat sekolah ia mampir ke toko Aci untuk membeli keripik singkong sebungkus akan tetapi ia mengatakan jika ia membeli 2 bungkus dan membayar seharga dua bungkus keripik singkong.

     Sejak saat itu ia berjanji tidak akan melakukan hal yang memalukan itu lagi di kemudian hari.

     

         Jembrana, 15 Februari 2021

        Naskah Lomba Hari ke-15

        NPA : 22010300468

 

Posting Komentar

8 Komentar